25 radar bogor

Neraca Dagang Makin Surplus

JAKARTA–Neraca perdagangan Juli lalu tercatat defisit USD 270 juta. Defisit tersebut kali pertama terjadi tahun ini. Sementara itu, pada Agustus, neraca perdagangan diprediksi kembali surplus sekitar USD 650 juta.

Menurut Dody Budi Waluyo, asisten gubernur kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, surplus neraca perdagangan dipicu harga-harga komoditas yang mulai naik. Jadi, kinerja ekspor terdorong, terutama dari sisi pertambangan. ’’Angkanya belum ada, tapi perhitungannya masih lebih baik daripada Juli,’’ paparnya di gedung DPR.

Kinerja ekspor sejumlah komoditas pertambangan seperti batu bara membaik. Namun, kinerja ekspor manufaktur justru menurun. ”’Produk manufaktur masih membutuhkan waktu. Sebab, proses konsolidasi masih terjadi,’’ lanjutnya.

Dari sisi impor, Dody memperkirakan ada peningkatan, tapi tidak signifikan. Sebab, efek peningkatan permintaan konsumsi pada Lebaran sudah berakhir. Ke depan, impor bergantung pada investasi di dalam negeri maupun kegiatan ekspor.

Selain itu, ada potensi kenaikan impor barang konsumsi pada akhir tahun karena adanya Natal dan tahun baru. ’’Dampak Lebaran sudah netral. Tinggal bagaimana investasi dan kegiatan ekspornya,’’ imbuhnya.

Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Alexander Sugandi menuturkan, neraca perdagangan Agustus ini diperkirakan surplus USD 0,1 miliar. Dia menilai kinerja impor tidak akan sebaik Juli. Sebab, Agustus lalu, sejumlah perusahaan manufaktur tak lagi membeli barang-barang modal dan bahan baku. ’’Ekspor nonmigas diharapkan naik secara nominal. Salah satunya, karena kenaikan harga CPO,’’ tuturnya.

Pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudhistira memprediksi, neraca perdagangan pada Agustus tercatat surplus USD 650–780 juta. Surplus neraca perdagangan pada Agustus dipicu kenaikan ekspor 15 persen year-on-year (yoy) karena kenaikan harga komoditas CPO, batu bara, dan minyak mentah.

Sementara itu, impor kembali normal di angka 12 persen (yoy) dari kenaikan signifikan Juli lalu. ’’Impor didominasi bahan baku/penolong dan barang modal. Hal itu menandakan bahwa sektor industri, terutama yang mengandalkan bahan baku impor, kembali bergeliat,’’ jelasnya.

Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro juga meyakini bahwa neraca perdagangan pada Agustus kembali surplus. Pihaknya memperkirakan neraca perdagangan tercatat surplus USD 734 juta. Kinerja ekspor dan impor juga diharapkan membaik. Masing-masing di angka 14,0 persen (yoy) dan 11,4 persen (yoy). ’’Jadi, ada kenaikan harga komoditas yang kemudian juga meningkatkan investasi, terkait dengan bergeraknya ekonomi,” katanya.(ken/c18/noe)