25 radar bogor

Kuak Tabir Kematian Hilarius

ilustrasi
ilustrasi

BOGOR–Kepolisian Sektor Bogor Utara memenuhi janjinya untuk mengusut kasus kematian Hilarius Christian Event Raharjo, korban tawuran ala gladiator pelajar SMA Budi Mulia dan SMA Mardi Yuana, Januari 2016. Kemarin (15/9) polisi mendatangi kediaman almarhum di kawasan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan.

Kapolsek Bogor Utara Kompol Wawan Wahyudin mengatakan, kasus kekerasan yang merenggut nyawa Hilarius terjadi pada 29 Januari 2016.

Saat itu, pihak korban menolak autopsi sehingga kasus disele­saikan secara kekeluargaan. Setahun berselang, ibunda almarhum, Maria Agnes, mengangkat kembali peristiwa maut itu di media sosial. Maria mengalamatkan curhatannya itu kepada Presiden Joko Widodo.

Kemarin, setelah diberi penjelasan oleh polisi, keluarga korban akhirnya bersedia jasad Hilarius diautopsi. Sejauh ini, kata Wawan, penyidik sudah memeriksa 13 saksi tetapi belum menetapkan tersangka.

“Total ada 13 orang yang diperiksa” kata dia. Saksi yang diperiksa baik dari siswa SMA Budi Mulia maupun SMA Mardi Yuana, yang saat itu melihat kejadian secara langsung di lokasi.

Maria pun sempat mencurahkan keluh kesahnya kepada pewarta. Menurut dia, semua orang pasti mengerti apa yang dilakukannya sebagai aksi seorang ibu, mengapa sebelumnya ia menolak autopsi jasad putra kesayangannya itu.

Karena menurut Maria, selain autopsi, ada bukti berupa surat pengakuan bebe­rapa terduga pelaku yang bisa digunakan polisi untuk mengusut kasus ini.“Ada cerita bagaimana anak saya diperlakukan. Lalu kenapa harus diautopsi, anak saya sudah cukup menderita,” ung­kapnya.

Maria mengatakan, sedari awal dirinya tidak melapor karena tak rela tubuh anaknya diautopsi. Namun, lantaran menjadi pemberitaan media dan polisi datang ke rumahnya, ia pun menghormati para penegak hukum.

“Kalau soal diselesaikan secara kekeluargaan, itu suami saya saja yang bilang nanti, takut salah ngomong. Hitam di atas putih soal kekeluargaan, enggak ada kayak gitu,” tandasnya.

Kata Maria, berdasarkan keterangan rekan-rekan korban, duel ala gladiator di SMA Bina Mulia sudah berlangsung sejak sekitar 2010. Di kalangan siswa, aksi duel ala gladiator itu dikenal dengan istilah ‘bom-boman’. “Anak saya diadu. Disuruh duel. Terus, kakak-kakak kelasnya itu yang menonton. Pas anak saya dipukul itu ada yang tepuk-tepuk tangan. Jadi memang ditonton,” kata dia.

Kabar meninggalnya Hilarius diketahui Maria dan suaminya sekitar pukul 17.30 WIB setelah mendapat informasi dari pihak Rumah Sakit Azra.
“Jadi, sore itu ada telepon dari RS Azra, saya tanya ada apa dengan anak saya, mereka cuma bilang saya harus ke sana,” kata Maria.

“Setibanya saya di sana itu, anak saya sudah meninggal,” ujarnya menitikkan air mata. Maria kemudian ikut polisi ke Mapolsek Bogor Utara untuk mengisi berita acara pemeriksaan (BAP).(wil/c)