CILEUNGSI–Desakan ratusan wali murid SDN Cibeureum terus bergulir. Hingga kemarin, tuntutan mereka sama, yakni ingin pergantian kepala sekolah. Desakan itu sudah mereka sampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Bogor, Luthfie Syam.
Salah seorang wali murid, Ulfa menerangkan, para wali murid sepakat menyurati Disdik agar tuntutan mereka segera direalisasi. “Tadinya kami mau demo lagi. Karena pertimbangan lain, kami memilih jalan lebih sopan, yakni memberikan surat ke Kadisdik,” ujarnya kepada Radar Bogor kemarin (13/9).
Dalam surat itu, para wali murid menandatangani kesepakatan untuk memohon agar kepala sekolah segera dimutasi. Selain itu, dalam surat juga dilampirkan alasan para wali murid meminta pemindahan kepsek.
“Kami lampirkan tanda tangan kesepakatan wali murid dan alasan kami meminta agar kepala sekolah diganti,” tuturnya. Alasan mereka, antara lain, ketidaktransparan kepala sekolah atas setiap uang yang diterima dan dikeluarkan.
Seperti, keterlambatan gaji guru, pengalihfungsian dana infak untuk kurban ke pengadaan batik yatim, dan penggunaan uang tabungan siswa. “Kepsek gunakan tabungan untuk bayar utang pribadinya. Wali murid dan guru tak sepakat uang tabungan anak-anak untuk menutupi utang,” ucapnya.
Selama ini, sambungnya, bukan hanya orang tua murid yang curiga kepada kepsek, tapi juga guru. “Wali kelas sering dipaksa setorkan uang tabungan anak. Tapi, mereka menolak karena tidak jelas uang itu untuk apa,” tukasnya.
Menyikapi hal itu, Kepala SDN Cibeureum, Buchori menegaskan, selalu melibatkan guru dan wali murid untuk menentukan kebijakan. Seperti penentuan tata tertib di sekolah dan keterlambatan gaji guru.
“Semua sekolah pasti telat bayar gaji guru. Kalau di sini hanya terlambat dua bulan. Ada sekolah yang lebih parah dari kami,” ujarnya kepada Radar Bogor. Terkait dana infak kurban, Buchori menerangkan, ingin meluruskan kesalahan tradisi kurban yang dilakukan sekolahnya.
Menurutnya, kurban di sekolahnya bertentangan dengan aturan hukum Islam. Karena menyesatkan, Buchori mengambil kebijakan untuk mengalihkan uang kurban untuk santunan anak yatim.
“Aturan Islam, satu sapi untuk tujuh orang, jadi tidak bisa kurban atas nama lembaga. Karena itu kesalahan, maka saya alihkan untuk membahagiakan anak yatim,” terangnya.
Akhirnya, Buchori memutuskan untuk memberikan baju batik kepada siswa yatim dengan menggunakan dana kurban. Sehingga, siswa yatim tak perlu membeli baju batik. “Saya sudah beli tiga kodi. Jumlah anak yatimnya belum fix. Namun tetap akan disalurkan,” ucapnya.(azi/c)