25 radar bogor

Tengah Lancar, Hulu-Hilir Semrawut

LANCAR: Arus lalu lintas di gerbang tol Cimanggis Utama tampak lancar kemarin pagi. Lokasi ini biasanya dipadati kendaraan di awal dan akhir pekan.
LANCAR: Arus lalu lintas di gerbang tol Cimanggis Utama tampak lancar kemarin pagi. Lokasi ini biasanya dipadati kendaraan di awal dan akhir pekan.

Penerapan satu tarif dan perubahan sistem pembayaran Tol Jagorawi resmi diberlakukan Jumat (8/9). Tapi, sebagian besar pengguna baru merasakan perubahan itu awal pekan ini. Pantauan Radar Bogor Senin (11/9), perubahan itu sukses melancarkan sumbatan di tengah Jagorawi. Namun imbasnya, justru melahirkan simpul-simpul kemacetan di hulu dan hilir.

ADA beberapa poin yang menjadi sorotan terkait perubahan sistem di ruas tol yang dibangun pemerintah 54 tahun lalu itu. Pertama, soal upaya mengurai kemacetan. Tarif baru jauh-dekat Rp6.500 memang menghilangkan sejumlah gardu yang selama ini menjadi biang kemacetan. Hasilnya?

Wartawan Koran ini kemarin mencoba sistem baru itu di waktu-waktu sibuk para pengguna tol menuju Jakarta, sekitar pukul 06.00 WIB. Masuk melalui ruas Tol Bogor Outer Ring Road (BORR), belum tampak kepadatan hingga gerbang tol Sentul Barat (gardu Tol BORR). Tapi saat tiba di gerbang tol Sentul Selatan arah Jakarta, simpul kemacetan mulai terasa. Di gardu yang biasa pengendara mengambil tiket, kini menjadi titik transaksi.

Setelah 2-3 menit mengantre, laju kendaraan kembali mulus meluncur menuju arah Jakarta. Pada sistem transaksi yang lama, pengendara di ruas ini akan terhenti di gerbang tol Cimanggis Utama atau biasa dikenal dengan ‘gerbang miring’. Titik ini sebelumnya menjadi salah satu biang kemacetan Jagorawi. Kondisinya kemarin? Nyaris sepi.

Melaju selama 30 menit dengan kecepatan maksimal 80–100 km/h, kendaraan yang kami tumpangi kami sampai di gerbang tol akhir ruas Jagorawi, yakni gerbang tol Cawang dan gerbang tol Cililitan. Di situ kepadatan mulai terjadi.

“Kalau minggu kemarin, hari Senin sampai Cilitan bisa berjam-jam. Berangkat dari Bogor jam 6, bisa sampai di kantor jam 9. Sekarang enak, lancar,” tutur Teddy Santika (39) pengendara yang ditemui Radar Bogor sedang menepi di rest area.

Sore harinya, Radar Bogor berbalik arah menelusuri Jagorawi dari Jakarta pulang ke Kota Hujan. Masuk dari gerbang tol Cawang sekitar pukul 16.20 WIB, antrean memang tak terlalu panjang. Perjalanan pun nyaris sama seperti saat berangkat ke arah Jakarta, terpantau lancar. Meski terlihat ramai, pemandangan tak biasanya terlihat di gerbang tol Cibubur Utama yang sudah dinonaktifkan sejak Jumat (8/9) lalu.

Jarak tempuh dari Jakarta menuju Bogor hanya 35 menit. Radar Bogor juga sengaja keluar di gerbang tol Ciawi dengan kecepatan kendaraan yang sama saat berangkat menuju Jakarta. Pengendara juga hanya harus melewati dua gerbang tol saja.

Persoalan di tengah ruang Jagorawi memang terselamatkan dari peniadaan dua gardu tol yakni Cimanggis Utama dan Cibubur Utama. Waktu tempuh pengendara sampai ke tujuan memang lebih singkat. Tapi masalah lainnya muncul di hulu dan hilir Jagorawi, yakni di gardu-gardu tol di sekitaran Bogor yang menjadi simpul baru kemacetan.

Di gerbang tol Sentul Selatan, misalnya. Perjalanan tersendat karena di gardu ini sekarang menjadi titik pembayaran. Biasanya, pengguna jalan hanya mengambil kartu tol sehingga tak membutuhkan waktu lama. Sekarang, sebelum penerapan tol bebas tunai, masih ada transaksi kembalian yang cukup memakan waktu hingga membuat antrean panjang.

AVP Corporate Communication PT Jasa Marga, Dwimawan Heru, membenarkan banyak titik kemacetan baru bermunculan. Seperti halnya pada ruas masuk tol Sentul Selatan 2 menuju Jakarta. Kemacetan terjadi dikarenakan biasanya hanya mengambil kartu, kini pengendara harus lebih lama terhenti untuk membayar. Akibatnya, antrean kendaraan pada gerbang tol tersebut cukup panjang.

“Memang waktu itu Sentul Selatan 2 mengalami kepadatan, karena mungkin belum terbiasa. Tapi sampai saat ini, semua lebih lancar,” beber Heru kepada Radar Bogor kemarin siang.

Di luar itu, kepadatan terjadi di beberapa titik seperti exit Tol Cililitan, exit Tol Pasar Rebo (arah tol lingkar luar Jakarta), keluar tol Cawang, gerbang tol Sentul Selatan 2, dan semua yang terjadi di beberapa gerbang tol yang merupakan ujung dari Jagorawi.

Lanjut Heru, hal itulah yang mendasari mengapa gerbang tol Cibubur Utama dan Cimanggis utama harus dinonaktifkan hingga dibongkar. Jalan tol harus dikembalikan pada fungsi awalnya sebagai jalan alternatif. “Ya memang jalan tol itu adalah jalan alternatif. Semua risikonya sudah ada. Mungkin ada banyak pengendara yang ingin melewati jalan dengan bebas hambatan, efisien waktu,” ungkap Heru lagi.

Heru juga mengaku, PT Jasa Marga tinggal menunggu keputusan kapan satu per satu gerbang tol tersebut akan dibongkar. Jasa Marga juga tengah menyiapkan tahap dan juga langkah pembongkaran yang tidak mengganggu arus lalu lintas dalam tol.

”Pembongkaran dilakukan dengan metode kerja yang meminimalkan gangguan terhadap lalu lintas,” imbuhnya. Dari data yang didapati Jasa Marga, pada hari biasa panjang antrean untuk transaksi di kedua gerbang tol tersebut mencapai 4 ribu kendaraan dengan waktu antrean 28 menit. Sedangkan akhir pekan antrean mencapai 6 ribu kendaraan, dengan waktu antrean 42 menit. Saat libur panjang panjang, antrean 10 ribu dengan waktu antrean 70 menit.

Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Jasa Marga jika ingin membongkar kedua gerbang tol tersebut agar tak mengganggu arus lalu lintas tol. Pengamat transportasi Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Teddy Murtedjo, berpesan, yang paling utama adalah soal waktu.

“Sebaiknya pembongkaran dilakukan pada malam hari, ketika arus lalu lintas sepi. Dan jika memang masih juga tidak memungkinkan, maka diberi alternatif jalan untuk 50 persen. Artinya, dibongkar bertahap dari sekarang, 20 persen gate, 50 persen gate, hingga 100 persen gate di bongkar,” kata dia.

Teddy juga menegaskan, Jasa Marga harus memberikan informasi sejelas–jelasnya kepada para pengguna tol. Minimal, kata dia, dilakukan via media cetak dan elektronik dan juga media sosial. “Kalau bisa dalam bentuk animasi, lebih baik. Karena biasanya kita lebih mudah mencerna bila melihat animasinya daripada harus membaca,” tukasnya.(dka/d)