25 radar bogor

Kasus Debora Potret Buram Dunia Kesehatan

JAKARTA–Tanpa perubahan besar-besaran, mustahil kasus Debora akan menjadi yang terakhir seperti omongan banyak pejabat negara. Bagaimana bayi empat bulan itu meninggal 3 September lalu adalah puncak gunung es kebobrokan sistem kesehatan di tanah air. Dia meninggal setelah Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres menolak merawatnya ke PICU (pediatric intensive care unit) karena alasan biaya.

Data BPJS Watch menyebutkan, sepanjang 2017 terjadi tujuh kasus seperti yang dialami Debora. Pasien miskin terlunta-lunta. Juga, mayoritas laporan itu berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Di luar ibu kota, yang sistem kesehatannya masih lebih buruk, kasus serupa pasti banyak. ”Nilai kemanusiaan yang harus dipegang RS sudah tergilas nilai komersial,” kritik Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar kemarin.

Sebagaimana diberitakan, Debora sebenarnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres sejak 2 September. Sehari sesudahnya, dokter meminta dia dirawat di PICU karena kondisinya semakin buruk. Menjelang Debora masuk PICU, pihak rumah sakit meminta uang muka Rp11 juta dari total biaya Rp19,8 juta. Karena orang tua Debora tidak mampu menutup pembayaran uang muka itu, sang bayi nahas akhirnya menemui ajal di rumah sakit. Dia tidak menerima pertolongan yang semestinya.

Menkes Nila Moeloek menegaskan bahwa pihaknya sudah menerjunkan tim untuk mengusut kasus tersebut. Keterangan dari pihak RS sudah didengar, tapi pihak keluarga Debora belum bisa ditemui. Karena itu, soal sanksi, Menkes menyatakan belum bisa memutuskan bila belum mendengar penjelasan kedua pihak.”Dalam waktu 2 x 24 jam, kami mengambil sikap, memerintahkan kepada tim investigasi untuk menyerahkan laporan investigasi,” ucapnya.

Nila memastikan bakal bertindak tegas terhadap RS Mitra Keluarga Kalideres bila memang ada pelanggaran. ”Bila (RS, red) terbukti melalaikan pelayanan dan mendahulukan meminta uang muka dalam kasus kega­watdaruratan,” tegasnya. (byu/idr/jun/tau/wan/c11/ang)