25 radar bogor

Kekeringan Mulai Landa Bogor

KERING: Sungai Cikaniki yang telah mengering pun menjadi satu-satunya harapan warga Kecamatan Nanggung untuk mencari sumber air.Arifal/Radar Bogor
KERING: Sungai Cikaniki yang telah mengering pun menjadi satu-satunya harapan warga Kecamatan Nanggung untuk mencari sumber air.Arifal/Radar Bogor

BOGOR-Kekeringan mulai terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Bogor. Krisis air bersih melanda sejumlah kecamatan. Pantauan Radar Bogor di wilayah barat Bumi Tegar Beriman, warga harus berpayah-payah untuk mendapatkan satu ember air bersih.

Kondisi itu dirasakan Nunik (23), warga RT 01/03, Desa Kalongliud, Keca­matan Nanggung, Kabupaten Bogor. Ibu satu anak itu harus menempuh jarak empat kilometer untuk sekadar mencuci dan membawa air dari anak Sungai Cikaniki. Hal ini lantaran sumur bor di rumahnya sudah tidak mengalirkan air lagi.

“Kemarin hujan, tapi belum ada air juga di rumah. Belum ngalir airnya. Semoga hujan lagi, jauh ngambil air,” tutur perempuan muda itu dengan bahasa Sunda. Di wilayah ini, sungai dan anak Sungai Cikaniki menjadi tumpuan.

Camat Nanggung, Mulyadi, membenarkan kondisi itu. Sumber air di wilayahnya bertumpu pada mata air dan Situ Cigudeg. Sehingga ketika kemarau panjang, situ pun ikut kering. Terlebih situ kini dikelilingi perkebunan sawit.

Wilayah lain yang menjadi langganan kekeringan adalah Kecamatan Tenjo dan Kecamatan Leuwisadeng. Sebagai informasi, sebanyak 71.342 jiwa warga Tenjo mengandalkan sumur dan sungai untuk sumber air. Sedangkan jumlah sumur sebanyak 1.321, dan satu sungai besar dengan delapan anak sungai.

Di Kecamatan Leuwisadeng, kekeringan melanda sejumlah titik, di antaranya Kampung Leuwibengkok, Desa Sadeng. Sudah sepekan ini warga mengandalkan aliran sungai yang keruh untuk mandi cuci dan kakus. Sumur-sumur di rumah mereka sudah mengering.

Di bagian lain, para petani di Kecamatan Tenjo, Cigudeg, dan Jasinga kini mulai menjerit. Mereka kini hanya bergantung pada air hujan untuk mengairi sawah-sawah. Tak ada hujan, tak ada padi yang ditanam. “Di sini memang bergantung pada air hujan. Jika tidak hujan, tidak ada sumber air. Dan tidak bisa menanam padi,” tutur Iin Solihin (45), buruh tani Desa Sukajaya, Kecamatan Tenjo.

Selain itu, kemarau pun membuat sejumlah lahan pertanian di tiga kecamatan tersebut mengalami gagal panen. Bahkan, di Kecamatan Jasinga, seluruh sawah mengalami gagal panen. Termasuk padi beras hitam yang merupakan padi jenis baru yang dikembangkan di Jasinga.

“Musim ini seluruh Jasinga gagal panen. Termasuk lahan beras hitam yang saat ini menjadi beras jenis baru yang dikembangkan di Kecamatan Jasinga,” kata pengembang beras hitam, Serda Sapto Aji, kepada Radar Bogor, kemarin.

Selain kekeringan, Babinsa Kecamatan Jasinga itu menuding gagal panen musabab serangan hama wereng dan tikus. “Hama merusak padi-padi petani,” tukasnya.

Terpisah, Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor sudah memprediksi puncak kekeringan terjadi pada awal September. Sejumlah wilayah langganan kering mulai kesulitan air. Untuk mengantisipasi krisis tersebut, BPBD telah menyiapkan truk-truk tangki air.

“Kekeringan sudah mulai terjadi di beberapa titik. Untuk itu, kami sudah siap siagakan lima truk tangki air untuk mendistribusikan air bersih kepada daerah yang krisis air,” ujar Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor, Asep Sulaeman.

Kapasitas tangki mampu menampung 3.000 liter air per truk. Nantinya, tangki berisi air bersih akan didistribusikan kepada warga-warga di wilayah yang mengalami kekeringan. “Total kapasitas 15 ribu liter dari lima truk,” tukasnya.(all/d)