RANCABUNGUR–Ribuan hektare areal persawahan di Kecamatan Kemang, Rancabungur, dan Ciseeng mengering. Penyebabnya, karena kerusakan saluran irigasi Cidepit dalam beberapa tahun terakhir. Akibatnya, belasan ribu petani pengguna air irigasi menjerit dan kini hanya mengandalkan hujan untuk bercocok tanam.
Tokoh petani Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Asep (54) mengatakan, sejak tiga tahun terakhir para petani di desanya sudah tidak bisa menanam padi lantaran susahnya akses air dari saluran irigasi Cidepit. “Jangankan nanam padi, palawija saja yang tidak butuh banyak air sudah kesusahan, harus berebut air sesama petani,” ujarnya.
Menurut Asep, nasib yang dialami para petani di Kecamatan Rancabungur dan Ciseeng lebih tragis lagi. Pasalnya, setahun terakhir irigasi ke wilayah ini sudah mati, nyaris tidak ada setetes air pun yang mengalir, sehingga areal persawahan menjadi lahan mati.
Mantan ketua RT 01 Kampung Sawah ini mengungkapkan, irigasi Cidepit yang berhulu di Mantarena, Kota Bogor, dan bersumber dari Sungai Cisadane, dalam beberapa tahun terakhir mengalami kerusakan luar biasa. Debit air yang disalurkan sangat terbatas lantaran mengalami pendangkalan sepanjang aliran Mantarena, Jembatan Merah, Kebon Kalapa, hingga Menteng, akibatnya tumpukan sampah dan terdesaknya badan irigasi oleh permukiman warga.
Hal itu diamini Ketua Perhimpunan Para Petani Pengguna Air (P3A) Desa Bojong, Endang Margani. Ia menegaskan, irigasi Cidepit mengaliri air bagi kebutuhan areal pertanian di wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Rancabungur, dan sebagian Kecamatan Ciseeng.
“Dari tahun 1990-an irigasi Cidepit sudah rusak parah. Tahun 1999 pernah dilakukan kerja bakti menggali lumpur di daerah Mantarena yang melibatkan 500 petani,” tukasnya.(rur)