25 radar bogor

pajang Karya Maestro Seni Rupa

PAMER KARYA: Gerakan Seni Rupa (GSP) Bogor bekerja sama dengan Buiten Huise mengadakan pameran seni rupa dengan tema “Ngariung dina Huise”. Pameran ini menampilkan karya dari 25 seniman muda Bogor. Nelvi/radar bogor.
PAMER KARYA: Gerakan Seni Rupa (GSP) Bogor bekerja sama dengan Buiten Huise mengadakan pameran seni rupa dengan tema “Ngariung dina Huise”. Pameran ini menampilkan karya dari 25 seniman muda Bogor. Nelvi/radar bogor.

BOGOR–Kota Hujan tidak hanya dikenal dengan keragaman budayanya, namun juga para seni­mannya yang mampu melahirkan karya. Namun sayang, beberapa dari mereka besar dan justru mengembangkan kreativitas imajinasinya di luar Kota Bogor.

Karenanya, melalui pameran seni rupa yang bertajuk ”Ngariung dina Huis”, yang diinisiasi oleh Gerakan Seni Rupa Bogor (GSRB), mengajak perupa asal Bogor untuk berkumpul dan berpameran bersama di rumahnya “Bogor”. Sedikitnya ada 25 seniman yang turut serta. Bukan hanya dari Bogor, tapi juga Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

Pameran ini sendiri berlangsung sedari 2 September hingga 1 Oktober mendatang di Buitenhuis Cafe & Gallery, Pandu Raya. “Pameran ini tak lain bertujuan untuk memetakan para pelaku seni asal Bogor yang menjalankan pendidikan tinggi dan atau berkarier di luar Bogor kepada publik, khususnya publik Bogor. Serta meningkatkan wacana mengenai iklim berkesenian di Kota Bogor,” ujar perwakilan GSRB, Muhammad Luthfi.

Pameran yang berlangsung selama 30 hari ini, kata dia, merupakan kali ke-8 diselenggarakan GSRB. Selain pameran, di setiap akhir pekan juga dihelat beragam kegiatan, seoerti diskusi, workshop, dan bedah buku. ”Berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya. Tema besar pameran seni rupa, tapi medium karya yang beragam. Medium yang para perupa tekuni, mulai lukisan hingga video, seni serta hingga instalasi,” beber Luthfi.

Menurutnya, seni rupa sedianya bukan hal yang baru di Kota Bogor. Hanya, masyarakat pada umumnya harus lebih sering diperkenalkan, melalui event-event yang sudah seharusnya rutin diselenggarakan oleh para pegiat seni.

“Motivasinya, supaya publik Bogor terbiasa mengapresiasi karya seni. Kami ingin lebih merangkul sekaligus membesarkan para seniman Bogor, karena enggak ada tempat mereka bermain, meski sebenarnya itu bisa diciptakan,” ungkapnya.

Dalam pameran tersebut, sejumlah karya maestro seni rupa juga ditampilkan. Misalnya, karya Agung Abdul Basith dengan judul Dampak Buruk Internet Pada Anak Usia Dini.

“Di era modern, banyak orang yang menggunakan internet sebagai akses pengetahuan, tapi banyak juga pula yang menyalahgunakannya untuk mengakses pornografi, terutama anak kecil. Mereka tidak bisa mengontrol hasrat seksualnya yang masih labil, sehingga banyak anak kecil menghilanglan rasa penasarannya dengan melakukan seks di bawah umur,” beber Luthfi.

Selain itu, sambung Luthfi, ada pula perupa Bebe Wahyu yang menggunakan medium akrilik di atas polywood, berjudul Hesitate. Perupa yang satu ini, sambung Luthfi, lulus sebagai desainer grafis, yang fokus sebagai ilustrator, pelukis dan muralis. “Karya-karyanya sudah dipamerkan di dalam maupun luar negeri,” urainya.

Ke depan, pameran serupa bisa kembali dihelat dengan tema yang berbeda. Siapa pun seniman boleh bergabung memamerkan karya-karyanya. “Boleh gabung, kalau ada yang mau. Pameran ke–8 ini paling terlihat ada progresnya, dan diharapkan akan semakin berkembang. Bisa ikuti pergerakan kami di @gsrbkolektif,” tandasnya.(wil/c)