25 radar bogor

Bogor ”Surga” LGBT

NOMADEN: Para penghuni kontrakan diduga LGBT digerebek petugas di kawasan kontrakan di Cigombong, Kabupaten Bogor.
NOMADEN: Para penghuni kontrakan diduga LGBT digerebek petugas di kawasan kontrakan di Cigombong, Kabupaten Bogor.

Perilaku penyimpangan seksual kian marak di pinggiran Kabupaten Bogor. Setelah kasus prostitusi gay anak, akhir pekan kemarin petugas gabungan menggerebek enam pasang lesbian di sebuah kontrakan di Kampung Benteng, Desa Tugujaya, Kecamatan Cigombong. Di rumah-rumah petak itu, kaum lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT) sebelumnya bebas beraktivitas.

[ihc-hide-content ihc_mb_type=”block” ihc_mb_who=”unreg” ihc_mb_template=”3″ ]

SABTU malam, sekitar pukul 21.00 WIB, tim gabungan Babin­kamtibmas Polsek Cijeruk, Babinsa Ko­ramil Cijeruk, Satpol PP Ke­camatan Cigombong dan sejumlah war­ga bergerak ke kontrakan-kon­trakan dan memeriksa peng­hu­ninya.

Langkah tersebut sengaja ditempuh lantaran warga sudah dibuat resah dengan keberadaan kaum LGBT yang mengontrak di lingkungan mereka.
Benar saja. Setelah mengecek satu per satu, ternyata beberapa kontrakan dihuni oleh 12 perempuan yang diduga berpasang-pasangan. Enam di antaranya berambut panjang berpakaian feminin. Enam lainnya berambut pendek dan bergaya menyerupai laki-laki.

“Perempuan semua. Tetapi ada yang sebagai lelaki dan sebagai perempuan,” ujar Kepala Seksi Ketenteraman dan Ketertiban pada Satpol PP Kecamatan Cigombong, Sumantri kepada Radar Bogor, Sabtu (1/9) malam.

Sumantri mengatakan, berdasarkan laporan masyarakat, para pendatang yang mengontrak itu kerap memamerkan kemesraan di depan publik. Namun, langkah ketua RT setempat memeriksa mereka kerap gagal lantaran penghuni kontrakan itu sering menghindar. Warga sekitar pun meminta para penghuni kontrakan keluar dari wilayah mereka. “Kami berterima kasih, warga tidak anarkis saat razia,” ungkapnya.

Rupanya, pengusiran ini bukan kali pertama dialami para lesbian itu. Setelah diinterogasi, mereka terbiasa hidup nomaden dengan berpindah-pindah kontrakan. Sebelum mengontrak rumah di Cigombong, mereka tinggal di rumah-rumah petak di Desa Kutajaya, Kabupaten Sukabumi.

“Katanya mereka pernah diusir juga di Sukabuumi. Tetapi, kami mewakili warga juga tidak mene­rima mereka di sini,” ujar Kepala Desa Tugujaya, Sugandi Sigit.

Selama ini, para LGBT bekerja di sebuah pabrik garmen. Lokasinya tak jauh dari kontrakan tapi masuk wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil pendataan, KTP para pasangan itu tertera warga Kabupaten Garut, Kabupaten Tangerang, dan Cianjur.

“Di antara yang terdata, yakni Hernawati (25) asal Cianjur, Santi (19) asal Sukabumi, Desi (26) asal Sungai Selatan, Lampung, Lena (31) asal Tasikmalaya, dan Siti (26) asal Kabupaten Ciamis,” imbuh Sigit.

Tokoh masyarakat Kabupaten Bogor Dace Maulana mengatakan, kondisi serupa banyak terjadi di pusat kota yakni kawasan Cibinong. Karenanya, ia men­desak pemerintah memperketat pengawasan dan gencar melakukan razia. Terlebih di sekitaran kawasan industri. “Mudah-mudahan ada agenda penggerebekannya sampai Cibinong,” harapnya.

Sementara itu, Koordinator Masyarakat Pejuang Bogor (MPB), Atiek Yulis Setyowati, meminta Bupati Bogor menginstruksikan seluruh dinas terkait untuk bersama-sama mengatasi penyakit masyarakat itu agar tidak tumbuh subur di bumi Tegar Beriman.

“Fenomena ini menjadi PR serius bagi Kantor Kementerian Agama. Diadakan rapat serius untuk mengatasi ini. Bupati barusan sudah monitor, insyaallah beliau langsung tanggap dan respons cepat terhadap hal-hal yang bersifat krusial, jangan sampai ad

[/ihc-hide-content]a terkesan pembiaran,” tukasnya.(don/c)