JONGGOL–Warga Kampung Peundeuy dan Kampung Cigugur, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, menolak pembangunan salah satu yayasan di Kampung Cigugur. Pasalnya, pihak yayasan sering kali menyulut kemarahan warga karena ajarannya dianggap bertolak belakang dan menghina pemahaman Islam.
Ketua RW setempat, M Sahroni mengatakan, warga menolak pembangunan madrasah dan masjid yang dilakukan pihak yayasan karena ajarannya dianggap bertentangan dengan masyarakat.
Selain itu, para pengelola enggan menghormati budaya Islam mayoritas dengan menghina dan menyebar isu kesesatan. “Semua warga telah menolak karena khawatir ada kerusuhan. Kami punya budaya islami yang sulit mereka hormati,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (29/8).
Meski para tokoh masyarakat menjunjung tinggi nilai toleransi beragama dan enggan memaksakan kepercayaan kepada para pendatang, namun jamaah dan pengelola yayasan tidak mau mengerti dan tetap menyebarkan pemahaman yang menyudutkan warga.
“Andai mereka bisa menghormati tradisi Islam yang sudah lama kami yakini dan laksanakan, pasti warga akan menerima dengan senang hati. Tapi, kenyataannya tidak,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Kecamatan Jonggol Ramdan Firdaus menerangkan, pihaknya mendapat laporan dari desa bahwa pembangunan yayasan ini ditolak warga Desa Sukamaju dan warga Perumahan Citra Indah.
“Intinya, warga ingin Islam yang toleran. Namun, kini pihak yayasan tetap memaksakan diri membangun di Desa Singajaya, meski ditolak warga,” ujarnya, kemarin.
Dia menjelaskan, pada 27 Februari 2017, Pemerintah Desa Singajaya telah memfasilitasi masyarakat dengan pihak yayasan untuk musyawarah. Hasilnya, pihak yayasan menyetujui menghentikan pembangunan.
Kesepakatan itu ditandatangani perwakilan yayasan, yakni Supandi dan Is Prawoto. “Namun, mereka (yayasan, red) tidak menjalankan kesepakatan,” jelasnya.(azi/c)