25 radar bogor

Sarjana Nganggur Makin Banyak

BOGOR–Pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan yang baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor menunjukkan jumlah sarjana yang menganggur semakin tinggi. Pada tahun 2015, tingkat pengangguran terbuka di Kota Bogor mencapai angka 49.948 jiwa atau 11,2 persen. Jumlah ini menurun 0,8 persen pada 2016.

Kendati demikian, angka ini masih menunjukkan tingginya pengangguran di Kota Bogor. Apalagi, mayoritas pengangguran didominasi oleh lulusan SMA dan S-1. Kondisi ini kian diperparah dengan angka pencari kerja di Kota Bogor yang hingga Agustus 2017 mencapai 1.800 orang.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Bogor Samson Purba merisaukan kondisi tersebut. Menurut dia, pengangguran terjadi akibat ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap tenaga kerja, sehingga menimbulkan permasalahan sejumlah tenaga kerja yang tidak dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply (permintaan) dan demand (penawaran) di pasar kerja.

“Mengatasi itu, kami sudah menjalankan program pelatihan tenaga kerja gratis di Balai Latihan Kerja (BLK) untuk para calon tenaga kerja agar memiliki skill di lapangan,” ujarnya dalam acara sarasehan dan diskusi yang melibatkan perusahaan, organisasi, perguruan tinggi dan SMK di Lippo Plaza Bogor, kemarin (29/8).

Dengan masuk BLK, kata dia, semua jurusan setelah lulus dari BLK akan magang di perusahaan yang telah bekerja sama dengan Disnakertrans Kota Bogor, dengan ketentuan perusahaan tersebut memberi uang saku sebesar Rp2 juta. “Dengan harapan, calon tenaga kerja nantinya dapat langsung bekerja di perusahaan tersebut,” tandasnya.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya berpendapat, masalah pengangguran perlu mendapat perhatian khusus. Pemkot Bogor akan terus mengupayakan perencanaan dan langkah-langkah strategis secara lintas sektoral untuk mengurangi angka pengangguran.

“Kami sedang menyiapkan tempat baru untuk pengembangan BLK Kota Bogor di Kertamaya, Bogor Sela­­tan. Tempatnya cukup luas untuk pelatihan kerja, ditambah dengan suasana baru serta ada metodologi yang baru,” ucapnya.

Karena itu, sambung Bima, dibutuhkan penganggaran yang lebih, tak hanya untuk pengajar ahli, tapi juga untuk membangun infrastruktur yang menyeluruh. Sehingga output yang dihasilkan betul-betul dapat memenuhi pasar. “Otomatis dapat menekan angka pengangguran di Kota Bogor,” tukasnya.

Bima juga menyinggung rata-rata lama usia sekolah di Kota Bogor yang baru sekitar 10 tahun. Itu artinya, anak-anak usia sekolah di Kota Bogor hanya mengenyam pendidikan hingga di tingkat SMP atau di SMA tetapi tidak sampai lulus. “Akhirnya mereka ini tidak dapat bersaing dengan para lulusan pendidikan yang jauh lebih tinggi,” tandasnya.(wil/c)