25 radar bogor

Pengusaha Rugi Ratusan Miliar Rupiah

DIKELUHKAN: Perbaikan Jembatan Cisalopa di Jalan Bocimi dikeluhkan karena hanya menyediakan satu jalur dengan sistem buka tutup.
DIKELUHKAN: Perbaikan Jembatan Cisalopa di Jalan Bocimi dikeluhkan karena hanya menyediakan satu jalur dengan sistem buka tutup.

CARINGIN–Belum dite­mu­kan­nya solusi penggunaan dua jalur di Jembatan Cisalopa, rupanya tak hanya menim­bulkan kemacetan. Selain ba­nyak yang mengalami keru­gian waktu, sebagian pengguna jalur Bocimi ini juga mengalami kerugian materi.

Seperti para pengusaha truk angkutan yang mengklaim merugi sampai Rp40 miliar per bulan. Hal itu mengingat ruas Bocimi adalah jalur utama distribusi barang dari Sukabumi ke Jabodetabek dan sebaliknya.

”Selama satu bulan total ke­hilangan pendapatan yang seha­rusnya diperoleh dari pengusaha truk angkutan barang berkisar Rp30 miliar sampai Rp40 miliar,” ujar Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Barat, R. Budi Setia­wan kepada Radar Bogor.

Budi menjelaskan, kerugian tersebut akibat dampak belum adanya solusi dua jalur dengan menyiapkan jembatan bailey. Sehingga, para pengusaha ter­paksa mengurangi ritase (jumlah angkut) akibat dilakukannya sistem satu arah.

Menurutnya, sejumlah ken­daraan angkutan barang yang melalui Jembatan Cisalopa berkisar 1.000 per hari. Jumlah itu berasal dari bermacam komoditi muatan angkut. Seperti air minum dalam kemasan, pasir dan bahan bangunan, produk garmen, gas elpiji, consumers goods (barang konsumen yang bergerak cepat/kebutuhan sehari-hari) hingga semen. ”Sejak diberlakukan satu lajur truk yang le­wat berkisar 500 unit per hari atau ritasenya berkurang 50 persen,” ucapnya. Jika pembangunan berlang­sung selama empat bulan, kata dia, ditaksir kerugian pengusaha truk angkutan berkisar antara Rp120-160 miliar.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), Sudarman Bolo memprediksi, akibat tersendatnya jalur pasokan dari Sukabumi, akan menghambat alur distribusi.

Menurut Sudarman,mayoritas produksi industri air kemasan berasal di Jabar, penyuplai terbesarnya adalah Sukabumi dan Bogor. Itu terbukti dari setiap industri air minum kemasan berproduksi selama 24 jam. Namun, produksi ini hanya bisa mencukupi untuk 18 jam per hari (buffer stock).

Sementara, kebutuhan air kemasan untuk Jakarta 40 persen dari total kebutuhan nasional. Sebanyak 90 persen diangkut melalui jalur Bocimi.
Meski produk air bukan barang kedaluwarsa, namun tingkat konsumsi konsumen tidak bisa menunggu. “Kami tak ingin terulang seperti pada 2012 lalu. Makanya kami menolak sistem satu arah bergantian di Jembatan Cisalopa,” bebernya.

Protes serupa juga dilayangkan Himpunan Pengusaha Keca­matan Caringin (HPKC) maupun Apindo Kabupaten Sukabumi. Ketua Bidang Mamin Apindo Kabu­paten Sukabumi, Yoni Sugianto mengatakan, pem­bangu­nan jembatan mengham­bat proses pengiriman barang.(don/c)