25 radar bogor

Pakar IPB: Tak Mungkin Nasi dari Plastik

BOGOR–Beberapa hari ke belakang, viral sebuah video yang memperlihatkan nasi yang dijadikan bola dan dipantul-pantulkan. Si pembuat video menuding bahwa nasi tersebut mengandung plastik sehingga tak lengket ketika dipantulkan.

Video berdurasi sekitar 1,5 menit tersebut ramai beredar di media sosial. Dalam video tampak sebuah kotak nasi dengan tulisan RM Padang Mini Jaya Jalan Wahid Hasyim, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Kemudian, ada seorang wanita membuat nasi menjadi bentuk bola. Lalu, bola nasi tersebut dipan­tul-pantulkan ke permukaan meja.

Bola nasi itu memang tampak sedikit memantul. Kemudian, perempuan si pembuat video bersama teman-temannya menyebut pantulan itu merupakan bukti bahwa nasi mengandung plastik. Informasi yang dihimpun, kepala pelayan di RM Padang Mini Jaya Jalan Wahid Hasyim, membenarkan kotak nasi tersebut milik mereka.

Ia juga sempat menerima video yang jadi viral dari seseorang. “Saya bilang, ‘Bu ini mah fitnah Bu, hoax’. Bahkan, yang memasukkan beras sudah 40 tahun nggak cuma ke Mini Jaya saja, nggak ada yang namanya kata-kata itu (beras plastik), baru denger,” kata kepala pelayan, dinukil dari laman detik.

Ahmad juga mengaku menerima banyak panggilan telepon hari ini yang menanyakan soal kebenaran video tersebut. Ia pun menegaskan informasi mengenai beras plastik tersebut hoax.

“Terlalu dini lah dia kalau bilang ini beras plastik. Sedangkan mereka tahu tidak apa ciri-cirinya kalau cuma dikepel-kepel membal (mantul), itu belum pasti namanya beras plastik,” jelasnya.

Kabar ini pun disayangkan pedagang nasi padang di Bogor. Meski tak secara langsung, mereka mengaku sedikit banyak dirugikan dengan kabar yang belum jelas kepastiannya itu. Terlebih, nasi yang dicontohkan dalam video berasal dari restoran masakan Padang.

“Secara tidak langsung, video itu berimbas ke kita-kita (restoran Padang). Mungkin kalau videonya terus diviralkan bisa saja berimbas pada minat konsumen,” keluh Munandar, karyawan Restoran Padang Lembah Anai di bilangan KH Abdullah Bin Nuh, Kota Bogor.

Dia pun berharap pemerintah dan polisi segera mengusut kabar tersebut dan menjelaskan, mana yang salah dan benar. “Kasihan juga yang beli kalau memang itu plastik, kasihan juga ke restoran yang di-publish branding-nya, kalau ternyata bukan plastik,” ucapnya.

Pakar pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Slamet Budijanto berpendapat serupa. Menurutnya, terlalu terburu-buru jika masyarakat menilai beras itu mengandung plastik. Tanpa pembuktian ilmiah, besar kemungkinan kabar tersebut hanya kabar hoax. “Hampir tidak mungkin rasanya (nasi dari beras plastik),” kata dia kepada Radar Bogor kemarin.

Di bagian lain, sepanjang dua bulan terakhir ini penjualan beras mengalami penurunan drastis. Dibandingkan tahun sebelumnya pada waktu yang sama, penurunan mencapai lebih dari 50 persen. “Bahkan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya bisa sampai 60 persen,” kata penanggung jawab toko beras PD Dewi Sri, Irawan kepada wartawan.

Toko Beras Dewi Sri sebelumnya bisa menjual 4-5 ton beras setiap hari. Kini, bisa terjual satu ton beras premium dan medium saja sudah dianggap baik. “Tidak tahu kenapa, tapi penjualan sepi terus,” ungkapnya.

Tidak hanya Irawan yang mengaku penjualan beras mengalami penurunan. M Hasan, pedagang beras di Pasar Anyar, mengalami hal serupa. Hanya, Hasan sedikit lebih rendah. Kalau dilihat dari angka penjualan, tiap minggunya turun kisaran 30–40 persen. Hasan mengaku, sebelum mengalami penurunan beras bisa terjual 1–1,5 ton tiap harinya. Saat ini, tidak lebih dari 1 ton.

Tidak hanya beras medium yang mengalami penurunan, tapi juga beras jenis premium. Menurut kedua pedagang beras tersebut, kalau dilihat harga beras yang lebih murah dan melihat pasar sebelumnya, penjualan beras akan naik dan kalaupun tidak naik cenderung stagnan.(mer/pkl5/c)