25 radar bogor

Kades Serukan Lawan Radikalisme

CITEUREUP–Melalui momen­tum HUT ke-72 RI, Pemerintah Desa Tajur mendeklarasikan siap perang melawan aksi radikalisme seperti ISIS. Perang yang dimaksud adalah dengan meyakini bahwa ideologi Pancasila tidak boleh ditawar lagi.

Lantaran, buah gagasan para pendiri bangsa ini telah terbukti mempersatukan aneka ragam suku, budaya, dan agama hingga dapat berdampingan secara rukun.
“Bukan saja negarawan yang menggagas (Pancasila, red), para ulama kita lebih dulu melakukan tirakat dan ritual puasa untuk menetapkan ideologi bangsa ini. Dan terbukti, hingga saat ini kita bisa hidup rukun mesti berbeda suku dan agama,” ujar Kepala Desa Tajur, Aja Sukarja.

Seruan melawan aksi radikalisme ini, dia sampaikan dalam sambutannya saat upacara HUT ke-72 RI di desanya kemarin. Upacara ini melibatkan ribuan warga, siswa, dan aparat keamanan.

Aja menerangkan, paham into­le­ran seperti ISIS yang kini tengah didengungkan kepada para pelajar dan pemuda tidak akan berpengaruh. Sebab, para generasi bangsa sadar akan sejarah dan falsafah kebinekaan.
Terlebih, para penganut ISIS dipastikan berbenturan dengan tembok besar bernama budaya. “Kebanyakan warga kita muslim yang toleran. Makanya, budaya santun, ramah serta tak meman­dang rendah suku lain akan tetap kokoh dan tidak akan bisa ditembus,” terangnya.

Hal itu ditandai semaraknya perayaan HUT ke-72 RI di setiap pelosok desa. Serta, banyak para ulama dan kepala desa yang berkomitmen mengawal keberlangsungan negeri ini. “Termaksud upacara ini, pelajar, warga, dan petani semua ikut. Ini berlangsung dari desa periode pertama hingga sekarang,” tuturnya.

Sementara itu, Kapolsek Citeureup, melalui Kanit Intelkam AKP Agus Hidayat menerangkan, momen upacara ini mereka manfaatkan untuk sosialisasi pentingnya mencintai negara dan memahami falsafah kebinekaan.

Ini dilakukan sebagai upaya deradikalisasi dan antisipasi terorisme di wilayah Citeureup. Khususnya, para pelaku kini menyasar pelajar. “Satu orang pelajar di Citeureup yang pernah kami amankan atas kepemi­likan bendera ISIS. Ini menjadi bukti riil bahwa ISIS sudah membidik para pelajar,” ujarnya mengingatkan.

Makanya, deradikalisasi harus terus dilakukan lewat momen­tum ini maupun turun langsung ke sekolah-sekolah. Menurutnya, deradikalisasi adalah sebuah strategi kepolisian berupa serangkaian tindakan untuk melemahkan paham radikal yang ditularkan ISIS maupun sejenisnya.

“Jika awalnya pelajar telah terpengaruh ISIS hingga mengubah sikap serta cara pandangnya, maka dengan deradikalisasi, sifat keras itu bisa menjadi lunak dan toleran,” yakinnya.(azi/c)