CITEUREUP–Krisis garam yang terjadi berbuntut pada menyeruaknya kabar beredarnya garam oplosan. Meski belum bisa dipastikan, kabar ini sudah membuat kekhawatiran warga maupun pedagang.
Informasi yang diterima Radar Bogor, garam oplosan itu beredar di Pasar Citeureup dan Cileungsi. Garam ini dioplos dengan serbuk kaca sehingga berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Beredarnya garam oplosan ini, juga dibenarkan Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kabupaten Bogor, Jona Sijabat. Kata dia, ada garam yang beredar tidak sesuai dengan standarisasi kesehatan. Namun, garam tersebut bukan mengandung bubuk kaca, melainkan tidak beryodium.
“Saya sudah minta tiga peneliti ITB. Dan hasilnya positif, garam yang dijual itu membahayakan kesehatan karena tak mengandung yodium,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (14/8).
Kata dia, garam itu akan memberikan efek bagi konsumen. Di antaranya, lemahnya kekebalan tubuh hingga rentan terjangkit penyakit gondok. Makanya, pihaknya tengah mengupayakan pembentukan tim pengawas garam beryodium.
“Saya sedang upayakan ke provinsi untuk membuat tim. Karena Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Konsumen telah mengisyaratkan wewenang itu ada di provinsi,” tuturnya.
Meski telah melalui proses penelitian, informasi soal adanya garam yang dioplos dengan kristal kaca ini sudah tersebar di masyarakat. Salah seorang pedagang bakso dan mie ayam di Kelurahan Karangasem Barat, Kecamatan Citeureup, Ayub (27) mengaku, mendapatkan informasi adanya garam oplosan ini dari temannya.
Ia pun merasa khawatir, jika ternyata garam oplosan ini sudah masuk ke Kabupaten Bogor. “Saya dapat informasi dari teman,” katanya. Menurutnya, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena jika garam oplosan beredar dan dikonsumsi masyarakat, dampaknya sangat berbahaya.
Dia berharap Pemkab Bogor segera bertindak untuk memastikan bahwa tidak ada garam oplosan beredar di Bumi Tegar Beriman. “Sebab, masyarakat sekarang sudah mulai resah,” tukasnya.(azi/c)