BOGOR–Sebanyak 540 mahasiswa dan 110 dosen dari 110 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, mengikuti peluncuran program penguatan Pancasila di Istana Kepresidenan Bogor bersama Presiden RI Joko Widodo, kemarin (12/8).
Mengenakan koas hijau lengan panjang, Jokowi memasuki halaman Istana Bogor pukul 08.10 WIB. Bapak tiga anak itu lalu berdiri di tengah-tengah antara Menko Polhukam Wiranto dan musisi Giring ‘Nidji’. Selanjutnya, orang nomor satu di Indonesia itu melakukan Goyang Maumere.
Usai senam, Jokowi meluncurkan program penguatan Pancasila yang merupakan kerja sama antara Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dengan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Jokowi yang membuka kegiatan tersebut, mengatakan jika Indonesia merupakan negara yang sangat besar dengan 240 juta penduduk, 17 ribu pulau, 714 suku, dan 1.100 lebih bahasa dari Sabang hingga Merauke yang rawan gesekan.
Jokowi bahkan mendapatkan peringatan dari presiden Afghanistan agar berhati-hati dengan gesekan-gesekan kecil yang bisa menimbulkan perselisihan antarsuku, wilayah, dan lain-lain.
“Karena, di Afghanistan saja yang hanya ada tujuh suku, terjadi peperangan antara satu dengan lainnya yang hingga saat ini tidak bisa didamaikan, apalagi Indonesia,” jelasnya.
Sebagai negara besar, Jokowi berpesan agar semua rakyat Indonesia, utamanya para generasi penerus bangsa, yaitu para mahasiswa, agar tidak melupakan ideologi Pancasila.
Pria kelahiran Surakarta tersebut mengatakan, di tengah persaingan global perlu ada sebuah bintang pengarah, yakni ideologi yang mengarahkan untuk bertarung dan berkompetisi dengan negara-negara lain.
“Tanpa ada sebuah bintang pengarah, tanpa ada sebuah ideologi yang mengarahkan, akan sulit bertarung, berkompetisi dengan negara-negara yang lain. Mengarahkan kembali cita-cita kemerdekaan itu ke mana, ideologi itulah yang mengarahkan kita. Siapa ideologi itu, Pancasila,” jelasnya.
Presiden juga meminta para mahasiswa untuk rajin mem-posting mengenai Pancasila, mengingatkan tentang keragaman, kemajemukan agar seluruh rakyat tahu tentang keragaman yang dimiliki.
“Tidak mungkin Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP), pemerintah, MPR bekerja sendiri. Makanya, menjadi tugas kita bersama melakukan pembinaan ideologi Pancasila, agar seluruh masyarakat sadar bahwa negara kita negara majemuk, beragam,” tutur Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi mengajak semua kalangan untuk terlibat dalam kerja besar ini. Mulai perguruan tinggi, ormas-ormas keagamaan, hingga organisasi kepemudaan bekerja bersama dalam membangunkan kembali pembinaan ideologi pancasila.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden (UKP) Pemantapan Ideologi Pancasila (PIP), Megawati Soekarno Putri mengatakan, Pancasila harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan bahkan sudah seharusnya menjadi fondasi dari sistem pendidikan Indonesia.
“Bukan hanya dasar negara, ideologi, cita-cita pemersatu semua golongan saja, tapi juga dedikasi moral, suatu tuntunan hidup, termasuk dalam pembentukan karakter serta jiwa kepemimpinan,” tegasnya.
Ia menceritakan, Bung Karno dalam pidato-pidatonya sejak dulu sangat sadar bahwa membangun negara memerlukan dasar-dasar moral dan pembentukan karakter, sehingga Pancasila dijadikan petunjuk bangsa untuk menghindari warga menuju hal-hal negatif.
“Hanya dengan cara itu pendidikan mampu melahirkan manusia yang berwatak membangun, berani mengambil inisiatif, tidak lekas putus asa, ulet dan gigih untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak berorientasi pada diri sendiri, tapi pada kepentingan bersama,” tambah presiden RI ke-5 itu.
Menteri Riset, Teknologi dan pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menambahkan, banyaknya masalah-masalah yang terjadi pada suatu bangsa menyebabkan perlunya penguatan nilai-nilai Pancasila.(ran/d)