25 radar bogor

Godaannya Badai Pasir dan Belanja

BASMALAH: Para jamaah asal Kabupaten Bogor berangkat menuju Tanah Suci. ilustrasi
BASMALAH: Para jamaah asal Kabupaten Bogor berangkat menuju Tanah Suci. ilustrasi

Selama berada di Madinah, konsentrasi para jamaah haji adalah melakukan ibadah salat Arbain. Salat far­du berjamaah 40 kali berturut-turut di Masjid Nabawi. Wa­lau­pun terlihat se­pe­le, dua godaan berat sudah menghadang para jamaah untuk menunaikan ibadah itu.

Godaan pertama adalah cuaca ekstrem dan badai pasir yang beberapa kali terjadi. Namun, ada lagi godaan yang justru bisa ‘menghalangi’ ibadah salat Arbain ini. Yaitu godaan untuk berbelanja.

Selama di Madinah, berbelanja memang sangat mudah. Baik untuk keperluan sehari-hari atau untuk oleh-oleh. Mulai kaki lima hingga mal mewah tersedia. Dari yang harga satu real hingga ribuan real.

Aksesnya juga sangat mudah. Cukup keluar hotel. Atau di depan halaman masjid. Semua ada. “Sambil nunggu waktu salat, jalan-jalan nyari oleh-oleh,” kata Silvi Wahdati, jamaah di Taiba Centre, mal besar di depan Masjid Nabawi. Selain Taiba, mal yang terkenal adalah Bin Dawood. Letaknya hanya selangkah dari halaman Masjid Nabawi.

Di sekitar hotel banyak toko yang menjual suvenir khas haji. Mulai busana hingga makanan dari negara tertentu. Yang paling mendominasi, tentu saja makanan khas Arab Saudi. Seperti kurma, kismis, kacang arab, madu, minyak zaitun, parfum, dan obat kuat yang terkenal, Hajar Jahanam.

Soal harga, sama seperti di Indonesia. Kalau di kaki lima bisa, atau bahkan wajib, menawar.  Selisihnya bisa separo lebih. Tak punya uang real, bayar pakai rupiah pun oke. Tapi hanya pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu yang mereka terima.

Menukar rupiah dengan real juga lebih enak di sini. Harga real di Arab  Saudi lebih murah dibanding di Tanah Air. “Saya tukar di Tanah Air dapat harga Rp4.050 per satu realnya. Di sini saya dapat Rp3.560 per satu realnya,” kata Maksun, jamaah haji yang juga anggota Satpol PP Kabupaten Kediri.

Kembali ke soal shopping, jika belanja di sini harus jeli memilih ba­rang. Bisa jadi Anda mendapat barang KW tapi dengan harga tinggi. Hajar jahanam contohnya. Barang KW bisa didapat dengan harga 20 real. Padahal, harga yang orisinal di kisaran 70 real.

Begitu juga harga kurma. Kalau di pasar khusus, kurma ajuwa dijual seharga 60 real per kilo untuk kualitas paling baik. Tapi bila beli di pasar rakyat, kurma dengan kualitas sama bisa didapat dengan harga 20 real per dus. Satu dus sekitar 2 kg. “Telanjur beli di pasar khusus kurma, di sini lebih murah,” ujar Ahmad, jamaah asal Nadiluwih.

Bila soal makanan, selama di Madinah para jamaah mendapat jatah dua kali sehari. Makan siang dan malam. Untuk sarapan jamaah menerima roti yang dibagikan bersama dengan makan malam. Tapi tak perlu khawatir. Tiap pagi banyak mukimin (orang Indonesia yang sudah bermukim di Arab Saudi) yang menjual nasi bungkus di sekitar hotel. Atau di sepanjang jalan menuju masjid.

Menunya seperti di Tanah Air. Mulai nasi kuning, sambel teri, nasi rames, atau nasi lauk pindang. “Saya tiap hari sarapan ini (nasi bungkus). Lumayan, cukup 3 real sudah kenyang. Kalau gak makan nasi gak kerasa sarapan, Mas,” ujar Sabik Maulana, jamaah Indonesia lainnya.(rk/han/die/JPR)