25 radar bogor

250 Siswa Tolak Imunisasi

imunisasi MR.
MENAHAN SAKIT: Salah satu siswa TK Pelangi Kasih Sukasari Bogor menangis ketika hendak divaksin, kemarin (9/8). Meski begitu, mayoritas siswa di sekolah ini sudah mengikuti imunisasi MR.

BOGOR–Progam nasional imunisasi measles-rubella (MR) di Kota Bogor harus mendapat batu sandungan. Selama sembilan hari berjalan, ada 250 siswa yang menolak untuk divaksin. Mayoritas yang menolak adalah orang tua siswa yang meragukan kehalalan vaksin.

Hingga kemarin (9/8), tercatat cakupan imunisasi MR di Kota Hujan sudah mencapai 82.324 anak atau 32,1 persen dari target imunisasi.

Menurut Abu Rizal Muhtar, dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular pada Dinkes Kota Bogor, ragam dari mereka yang menolak, mulai usia TK hingga SMP.

“Banyak alasannya, soal agama itu ada. Kalau menolak begitu, nanti ada advokasi dari puskesmas, dinkes dan lintas sektor. Mudah-mudahan bisa mengerti,” terang Rizal.

Lebih lanjut ia mengatakan, sekolah yang anak-anak menolak diimunisasi kebanyakan sekolah swasta dan sekolah berbasis Islam. Padahal, seperti dijelaskan Kepala Dinkes Kota Bogor, Rubaeah, imunisasi ini menjadi penting untuk mengendalikan measles-rubella. Jika dulu imunisasi massal hanya untuk balita, kini khusus imunisasi massal MR ini menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.

“Target semua sekolah dan posyandu, PAUD, TK, SD, suntikan sifatnya vaksin. Syarat imunisasi ini, anaknya harus sehat, jika ada yang berkebutuhan khusus, harus konsul dulu dan disuntik ke dokter,” kata Rubaeah.

Soal penolakan ini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Fahrudin, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena berhubungan dengan pribadi masing-masing orang tua siswa. Namun, secara kewenangan, Pemkot Bogor wajib menyosialisasi juga mengedukasi masyarakat.

“Setelah sosialisasi, kemudian menyediakan imunisasi, lalu ada masyarakat yang tidak bersedia, itu tidak kami pertentangkan. Toh yang akan merasakan manfaatnya masing-masing individu. Disdik tidak akan memaksa,” jelasnya.

Sebab, menurutnya, dipaksa pun akan berbahaya, khususnya bagi anak yang melakukan imunisasi. Tidak hanya urusan keyakinan, tetapi juga ada anak-anak bahkan orang tua dewasa yang takut dengan jarum suntik. Hal tersebut, kata dia, bisa memunculkan trauma yang luar biasa.

“Orang tua pasti sudah memperhitungkan. Di sisi lain paling penting edukasi. Lagi pula itu hanya sebagian kecil, sebagian besar lainnya enggak masalah,” tandasnya.

Sementara itu, di tempat terpisah, petugas puskesmas mulai bergerak ke sekolah-sekolah untuk melaksanakan vaksin MR. Kemarin (9/8), salah satu sekolah yang mengikuti program vaksinasi adalah SD dan TK Pelangi Kasih Sukasari Bogor. Sejak pukul 09.00 petugas Puskesmas Pulo Armin sudah siap di ruangan yang sudah disiapkan pihak sekolah.

Satu per satu siswa kelas satu sampai enam sekolah tersebut diperiksa untuk divaksinasi. Meski begitu, ada beberapa anak yang masih takut jarum suntik. Ada yang pura-pura sakit hingga harus ditemani ibundanya. Bahkan, ada beberapa anak yang tak kuasa menahan tangis ketika hendak diimunisasi.(wil/pkl5/c)