25 radar bogor

PKL Ancam Keberlangsungan Pasar

Azis/Radar Bogor/c PELANGGARAN: Selain membuat kumuh, menjamurnya PKL di sekitar Pasar Citeureup telah mengancam keberlangsungan pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Tohaga.
Azis/Radar Bogor/c
PELANGGARAN: Selain membuat kumuh, menjamurnya PKL di sekitar Pasar Citeureup telah mengancam keberlangsungan pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Tohaga.

CITEUREUP-Persoalan pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Citeureup, mulai me­ngusik manajemen Perusa­han Daerah (PD) Pasar To­haga. Pasalnya, para PKL diang­gap sudah mengancam keberlangsungan pasar tradisional.

Direktur Utama PD Pasar Tohaga, Romli Eko Wahyudi menerangkan, pihaknya berharap adanya penindakan tegas para PKL. Sebab, aktivitas PKL sudah sangat meresahkan pedagang dan masyarakat.

Sebagai badan usaha pelat merah, kata Eko, sudah sewa­jarnya PD Pasar meminta sinergisitas pihak lain. Baik desa, kecamatan, Satpol PP Kabupaten Bogor, polisi maupun TNI. Pihaknya akan mendorong terciptanya pasar rakyat impian di Kabupaten Bogor.

“Saya rasa permintaan ini sangat wajar. Terlebih, pasar merupakan salah satu penciri Kabupaten Bogor sebagai kabu­paten termaju di Indone­sia, apa pun instansinya berhak mendukung,” ujarnya kepada Radar Bogor kemarin (6/8).

Jika ini dibiarkan, terang Eko, dikhawatirkan aktivitas para PKL memengaruhi pedagang di dalam pasar. Sehingga, dalam waktu tertentu, pasar di bawah nau­ngan PD Pasar akan kehilangan pamornya. “Kalau di luar lebih murah dan strategis, pedagang akan merasa kenapa harus memilih berjualan di dalam,” tuturnya.

Untuk itu, Romli akan berkoor­dinasi dengan berbagai pihak. Di antaranya, para penegak perda. “Pasti kami akan komu­nikasikan dengan pihak lain. Target kami, eksekusi harus dilakukan untuk menyelamatkan pasar,” tegasnya.

Pantauan Radar Bogor, be­berapa saluran air atau drainase di Pasar Citeureup, tepatnya di jalur PU, dipenuhi sampah. PKL juga membuat WC umum lewat saluran air, bukan pada septic tank. Sehingga, bau tak sedap menjadi makanan sehari-hari para pedagang.

Selain itu, PKL juga merusak pagar besi di area pasar. Dengan menggunakan air keras, beberapa batang besi rusak, patah, dan keropos. Karena dapat keleluasaan dari pemerintah, pedagang yang awalnya sewa ruko atau lapak dalam pasar, kini justru beralih menjadi PKL.

Seperti pengakuan Djun (36). Pedagang sayur ini mengaku lebih nyaman menjadi PKL ketimbang jualan di dalam pasar. Selain itu, dari sisi pengeluaran, jualan di luar pasar lebih ekonomis.

Ditambah lagi, posisinya strategis dan cost pengeluaran pedagang lebih kecil. “Kalau di dalam susah cari pembeli. Di sini (luar pasar, red) alhamdulillah lebih banyak pembelinya,” akunya.(azi/c)