25 radar bogor

Bima Belum ada Lawan

Polling Radar Bogor “Menuju Pilkada 2018” berlanjut. Dua pekan terakhir, kami telah memaparkan nama-nama yang dianggap layak menjadi Gubernur Jawa Barat dan Bupati Bogor, versi 100 tokoh Bogor. Nah, edisi kali ini, Radar Bogor menyajikan sosok-sosok idaman yang dianggap layak memimpin Kota Hujan.

SEPERTI diprediksi banyak orang, dunia politik Kota Bogor miskin kejutan. Dari sembilan nama yang kami tawarkan, mayoritas tetap menginginkan Bima Arya. Angka responden yang mencontreng sang petahana mencapai 54%. Sisanya terbagi pada nama sosok yang selama ini berseliweran di forum-forum informal dan media massa.

Penting diketahui, responden kami adalah mereka yang tinggal dan berdedikasi di Kota Bogor. Mereka berasal dari kalangan pebisnis, tokoh masyarakat, tokoh Muslim, tokoh agama Katolik, tokoh agama Kristen Protestan, tokoh agama Buddha, tokoh agama Hindu, tokoh agama Konghucu, serta tokoh komunitas-komunitas daerah.

Sebanyak tujuh pertanyaan dan sembilan nama yang kami ajukan dalam polling Siapa Layak Pimpin Kota Hujan. Hasilnya?
Pertama, Achmad Ru’yat. Politikus senior ini memperoleh 6% suara. Kemudian, Bima Arya sebesar 54%, Dadang Danubrata 3%, dan Edgar Supratman 7%. Ada nama Hazairin Sitepu 9%, Sugeng Teguh Santoso 4%, Usmar Hariman 3%, dan Zaenul Mutaqin 3%.

Selebihnya, sebanyak 5% responden memilih lebih dari satu nama jagoan yang dianggap layak memimpin Kota Bogor. Masing-masing merangkai nama berbeda, antara lain: Bima Arya, Edgar Suratman, dan Hazairin Sitepu. Ada pula yang memilih Hazairin Sitepu, Usmar Hariman, dan Zaenul Mutaqin. Kemudian ada yang milih Bima Arya, Hazairin Sitepu, serta Bima Arya, dan Usmar Hariman. Ada juga yang memilih Bima Arya, dan Edgar Suratman.

“Kenapa memilih lebih dari satu nama? Alasan mereka beragam. Ada keraguan dan atau masih bimbang,” kata penanggung jawab polling, Lucky Hakim. Sedangkan 6% sisa responden, tidak menentukan pilihan.

Di sisi lain, konstelasi politik Jawa Barat terus berjalan dinamis. Kabar teranyar, rumah politik Bima Arya yakni Partai Amanat Nasional (PAN) kukuh mengusung suami Yane Ardian itu maju di Pilgub Jabar. Jika seandainya Bima tidak ikut bertarung di Bogor, siapakah sosok pilihan 100 tokoh yang dianggap layak menduduki kursi F1?

Ternyata responden memilih tokoh di luar nama-nama yang selama ini sudah beredar atau sudah menyatakan diri sebagai bakal calon wali kota.

Tim menyodorkan satu nama yang tidak pernah menyatakan ingin mencalonkan diri menjadi wali kota, yaitu Hazairin Sitepu (HS). HS selama ini tidak pernah menyosialisasikan dirinya di media mana pun. Tetapi, tokoh Bogor ini ternyata dinilai sebagai figur yang memiliki kemampuan dan karakter yang mumpuni. HS dianggap layak oleh 27% tokoh Kota Bogor dalam polling ini.

Setelah HS, suara para tokoh pun terbagi. Achmad Ruyat mendapat 10%. Dadang Danubrata 6%, Edgar Suratman 13%, Najamuddin 2%, Sugeng Teguh Santoso 9%, Usmar Hariman 10%, dan Zaenul Mutaqin 8%.

Sedangkan dua responden memiliki dua jagoan nama berbeda, masing-masing adalah Edgar Suratman, Hazairin Sitepu, serta Najamuddin dan Zaenul Mutaqin. Sebanyak 13% responden tidak menjawab pertanyaan ini.

Lantas, apa alasan para tokoh menilai nama-nama di atas layak memimpin Kota Bogor? Sebesar 29% menyebut nama yang mereka pilih mumpuni untuk memimpin Kota Bogor, 16% responden menjawab karena mereka jujur, tegas, dan tidak KKN. Sedangkan 13% menyebut calon yang disukai memiliki pengalaman dan kemampuan sebagai pemimpin. Sekitar 7% menyebut pilihan mereka memiliki visi ke-

indonesiaan yang lebih lengkap dan 9% yang menginginkan wali kota yang diterima oleh segala kalangan masyarakat. “Hanya 2% responden yang menginginkan calon wali kota adalah putra daerah. Selebihnya, 4% responden tidak menjawab pertanyaan ini,” imbuh Lucky. Beberapa responden juga memberi jawaban lebih dari satu dalam pertanyaan ini (lihat infografis).

Pertanyaan terakhir dalam polling, jika disuruh memilih, lebih penting mana, apakah Wali Kota Bogor 2018-2023 perlu memperbanyak membangun taman atau sarana olahraga? Sebanyak 83% menjawab lebih penting membangun sarana olahraga, 13% menjawab lebih penting memperbanyak taman, sedangkan 4% responden berpendapat keduanya sama penting. Nah, bagimana dengan pilihan Anda?(ric)