25 radar bogor

Puluhan PKL Kembali Jualan 24 Jam

Azis/Radar Bogor/c LANGGAR KESEPAKATAN: Pedagang kaki lima (PKL) di Jalur TU dekat Pasar Citeureup, kembali membuka lapaknya selama 24 jam. Padahal, mereka sudah sepakat dengan Pemerintah Kecamatan Citeureup untuk tidak berjualan lebih dari 12 jam sehari.
LANGGAR KESEPAKATAN: Pedagang kaki lima (PKL) di Jalur TU dekat Pasar Citeureup, kembali membuka lapaknya selama 24 jam. Padahal, mereka sudah sepakat dengan Pemerintah Kecamatan Citeureup untuk tidak berjualan lebih dari 12 jam sehari.

CITEUREUP-Dikasih hati minta jantung. Peribahasa itu tepat disematkan kepada para pedagang kaki lima (PKL) di jalur PU sepanjang Jalan Raya Mayor Oking, Desa Citeureup. Pasalnya, setelah diberi dispensasi jualan mulai pukul 06.00–17.00, para PKL justru menggelar lapaknya hingga 24 jam.

Camat Citeureup Asep Mulyana menerangkan, pihaknya akan menertibkan kembali para PKL jika benar telah melanggar kesepakatan. Selama ini, Asep mengaku belum mendapatkan laporan pelanggaran tersebut.

”Personel Satpol PP kecamatan akan cek langsung ke lokasi. Jika menyalahi aturan, nanti akan kami tindak,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (3/8). Asep menilai, aktivitas 24 jam para PKL juga menimbulkan kemacetan.

Selain itu, PKL juga berkontribusi pada tumpukan sampah di jalur tersebut. ”Persoalan PKL jadi kompleks. Makanya, harus segera kami tangani,” ucapnya. Camat menerangkan, selama ini pihaknya hanya berupaya meng­antisipasi kemacetan di Jalur Mayor Oking, tepatnya di depan Pasar Citeureup I dan II.

Belasan per­sonel Satpol PP Kecamatan Citeu­reup didiagakan dan mulai bertugas pada pukul 06.30–08.30 di tiga titik yang sudah ditentukan.

”Karena personel Satpol PP terbatas, jadinya sering luput dari pantauan petugas,” tuturnya. Saat ini, sam­bungnya, baru ada sepuluh petugas Satpol PP outsourcing dan empat pegawai tetap.

Kembali menjamurnya PKL di Jalur TU Pasar Citeureup juga dikeluhkan para pengendara. Seperti, Sangaji (33), pengendara asal Babakan Madang ini, mengaku dirugikan atas keberadaan PKL karena jalur itu menjadi macet.

”PKL cari untung dengan merugikan orang lain. Setiap hari saya kejebak macet karena PKL dan angkot,” keluhnya. Dia berharap, pemerintah mampu menertibkan PKL dengan cara memindahkannya jauh dari badan jalan. ”Jangan dikasih hati,” tegasnya.(azi/c)