25 radar bogor

Jaro Ade Kantongi SK Cakada Golkar

BOGOR–Politikus Partai Golkar Ade Ruhandi mendapat perhatian cukup besar dalam polling Radar Bogor menuju Pilbup 2018. Pekan ini, Jaro Ade -sapaan Ade Ruhandi- akhirnya mengantongi Surat Keputusan (SK) B-1182/GOLKAR/VII/2017 DPP Partai Golkar, tentang penetapannya sebagai calon kepala daerah (Cakada).

[ihc-hide-content ihc_mb_type=”block” ihc_mb_who=”unreg” ihc_mb_template=”3″ ]

“Penetapan ini tidak didapat semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi melalui proses yang cukup panjang,” ujarnya kepada Radar Bogor kemarin (1/8).
Tahapan itu mulai dari penjaringan, persetujuan pengurus Golkar di tingkat desa/ kelurahan/ kecamatan dan kabupaten, sampai dengan tingkat provinsi. Melalui penjaringan itu, Jaro Ade akhirnya ditetapkan sebagai calon tunggal Bupati Bogor 2018, yang bakal diusung partai beringin. “Tentunya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh kader dan jajaran pengurus Golkar,” ucapnya.

Ke depan, Jaro Ade akan mengonsolidasikan serta melakukan komunikasi politik yang intensif kepada semua pihak sesuai petunjuk DPP Golkar. Terpenting, berupaya meyakinkan masyarakat bahwa dirinya mampu mengemban amanah memimpin Kabupaten Bogor lebih baik lagi.

Ketika disinggung siapa calon wakil bupati yang akan mendampinginya, dengan senyum khasnya, Jaro Ade menyatakan bahwa semua itu bukan keputusan pribadi. “Ada tim yang akan melakukan seleksi sesuai mekanisme internal partai. Saat ini tim diketuai Tohawi untuk bersilaturahmi ke sahabat-sahabat partai yang ada di Kabupaten Bogor,” tukasnya.

Sementara itu, konstelasi politik Bumi Tegar Beriman mulai terbangun jelang pemilihan bupati (Pilbup) 2018. Pengamat politik Yusfitriadi memprediksi, akan terjadi banyak kejutan dan koalisi besar di pilkada mendatang.

“Saya prediksi ada dua koalisi besar antara Gerindra dengan PKS, dan Golkar, PDIP, dan NasDem. Pada akhirnya nanti akan ada dua pertarungan,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Berkaca pada hasil pemilihan legislatif 2014, Partai Golkar paling banyak memiliki kursi di DPRD Kabupaten Bogor, yakni sembilan kursi. Sementara PPP tujuh kursi, PDIP tujuh kursi, Partai Gerindra enam kursi, PKS lima kursi, Partai Demokrat empat kursi, Nasdem tiga kursi, PAN tiga kursi, PKB tiga kursi, dan Hanura tiga kursi. Sehingga koalisi menjadi kunci utama dalam mengusung calon bupati 2018 nanti.

Selain itu, ada dua faktor yang memengaruhi koalisi di Kabupaten Bogor. Yakni, sikap partai pada Undang-Undang Pemilu yang telah disahkan, serta dampak tak langsung Pilkada DKI Jakarta.

Menurut Yus, keputusan empat partai walk out pada sidang pengesahan UU Pemilu bisa saja melahirkan koalisi baru. “Jika instruksi partai pusat sudah memberikan keputusan, mau tidak mau daerah fatsun terhadap putusan DPP dari masing-masing partai. Jadi kalau berdampak, Golkar-PAN bisa pecah, tetapi itu jika signifikan. Kalau dampak Pilkada DKI Jakarta, lebih kepada latar belakang tokoh yang akan diusung di Kabupaten Bogor,” kata dia.

Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor itu menambahkan, dari beberapa hasil polling yang telah dilakukan berbagai lembaga, nama Nurhayanti masih paling unggul. Selanjutnya, disusul oleh dua Ade yakni Jaro Ade dan Ade Munawaroh Yasin. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, antara lain, kinerja Nurhayanti dianggap relatif berhasil. “Hal itu dibuktikan dengan penghargaan laporan keuangan yang diberikan predikat WTP oleh BPK,” imbuhnya.

Selain beberapa penghargaan yang diraih, ia juga mampu memimpin Kabupaten Bogor di tengah badai, pascakasus mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin (RY). Meskipun, menurut Yus, secara faktual tidak ada akselerasi, kreasi dan inovasi program Pemerintah Kabupaten Bogor saat ini.

Di sisi lain, figur Ade Munawaroh sebagai pilihan para tokoh ketika Nurhayanti tidak mencalonkan lagi merupakan pilihan logis. “Selain figur yang sudah lama, AMY mengklaim diri dan deklarasi secara nonformal akan maju sebagai Bupati Bogor. Di sini figur Ade Yasin sangat kuat membawa stigma positif RY, kakak kandungnya,” kata dia.

Hingga saat ini, Yus menilai, politik kekuasaan di Bumi Tegar Beriman dalam keadaan zero, alias kosong. Itu lantaran tidak ada tokoh dan kekuatan politik yang dominan sepeninggalan Rachmat Yasin yang dominan memerankan kekuatan-kekuatan politiknya saat masih menjabat bupati Bogor.

“Bahkan kalau tidak berlebihan, semua kekuatan politik yang ada di DPRD Kabupaten Bogor mampu dikendalikan arah politiknya oleh seorang RY. Apalagi di internal birokrasi, termasuk elemen-elemen masyarakat, cukup terhipnotis oleh pesona dialektika politik yang diperankan oleh RY,” tukasnya.

Meski kini sudah ada beberapa nama yang muncul di masyarakat untuk menjadi bakal calon bupati, antara lain, Ade Munawaroh Yasin, Ade Ruhandi, Ade Wardhana, Bayu Syahjohan, Didin Supriyadin, Erik Suganda, Gunawan Hasan, Iwan Setiawan. Sedangkan Nurhayanti yang namanya selalu muncul di urutan teratas hasil polling, belum memberikan keputusan terkait dengan sikapnya di Pilbup 2018.(ded/d)

[/ihc-hide-content]