25 radar bogor

Nelita Fatma, Owner AiTha Collection

PRIORITAS : Ita bersama anak semata wayangnya yang kini duduk di bangku SMA.
PRIORITAS : Ita bersama anak semata wayangnya yang kini duduk di bangku SMA.

Nelita Fatma yang akrab dipanggil Ita merupakan ibu yang tangguh. Sejak berpisah dengan suami, Nelita tidak menyerah dengan kehidupannya. Ia selalu berusaha menghidupi diri dan anak kesayangannya bernama Valief Oktafebrian. Salah satunya dengan membangun bisnis untuk kebutuhan hidup anak semata wayangnya, Alief. “Saya single parent dan anak saya berkebutuhan khusus, sehingga tak bisa bekerja di perusahaan yang waktunya diatur. Selain masih harus menemani anak terapi, di perusahaan akan terbentur dengan masalah waktu,” terangnya.

Berawal dari melihat sebuah komunitas di media sosial (medsos), yang menjual berbagai macam bros, Ita pun berpikir kalau bros merupakan peluang bagus untuk dijadikannya usaha. Sejak 2012, Ita membangun kerajaan bisnisnya yang diberi nama AiTha Collection. Ita belajar otodidak cara membuat bros, hanya dengan meman­faatkan YouTube karena untuk kursus pada saat itu masih terbilang mahal. Setelah itu, dia mulai belajar mengikat batu yang lebih rumit dan memutuskan untuk membuka bisnis bros atau kerajinan tangan.

Modal yang digunakan untuk memulai bisnisnya hanya Rp200.000. Dengan modal minim, Ita harus memutar otak untuk memanfaatkannya sebaik mungkin. Pertama kali Ita mendapat konsumen dari Papua yang memesan sebanyak enam lusin. “Saya merasa sangat senang, karena baru memulai usaha sudah ada orang yang percaya dengan memesan hingga enam lusin. Dengan modal Rp200.000 akhirnya saya memberanikan diri meminta uang muka setengahnya, karena uang tersebut tidak cukup untuk membeli peralatan yang harganya lumayan mahal. Apalagi, saya juga menggunakan batu asli bukan imitasi,” jelasnya.

Ita menjual berbagai macam bros seperti bros buket dan peniti dagu. Ita juga membuka jasa untuk mengikat batu, yang bisa untuk semua perhiasan seperti anting, kalung, gelang, dan cincin.

Setelah itu, Ita rajin meng-upload bros hasil karyanya sendiri, dan peminat di media sosial sangat banyak. Pemasaran yang dilakukan Ita melalui online yaitu menggunakan Facebook dan Instagram, juga melalui bazar dan teman-temannya. Produk yang diproduksinya pun sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Setiap hari Ita memproduksi bros sendiri dengan berbagai macam bentuk dan model berbeda-beda.

”Untuk model, konsumen dapat memilih sendiri atau memilih yang sudah ready stock. Terkait harga, peniti dagu dibanderol Rp5.000, bros buket biasa Rp15.000, bros buket full batu Rp35.000, tergantung dari ukuran batu, pola pembuatan dan tingkat kesulitannya,” pungkasnya.(cr6/c)