25 radar bogor

Indonesia Pasar Sindikat Delta Mekong River

BERPULANG: Foto Rico saat masa-masa kritis, di ruang Lukas Nomor 7 Rumah Sakit Santo Yusuf Bandung.

JAKARTA–Pengungkapan kasus narkotika seberat 284 kg menuntun Badan Nasional Narkotika (BNN) pada fakta mengejutkan. Bandar asal Taiwan itu telah enam kali memasukkan sabu ke Indonesia, lima kali lolos masuk pasar dan kali keenam digagalkan BNN. Gencarnya sabu Tiongkok menghujani Indonesia akibat sindikat Golden Triangle Mekong River.

Sebelumnya, disebut bahwa sabu yang berhasil disita mencapai 256 kg. Namun, setelah dihitung ulang oleh BNN ternyata jumlah sabu lebih besar dengan berat 284 kg. Sabu asal Tiongkok itu ternyata memiliki kualitas yang berbeda-beda.

Kepala BNN Komjen Budi Waseso menuturkan, saat dicermati, sabu yang dikemas dalam aluminium foil tersebut ternyata tidak sama. Ada sabu yang warnanya putih bersih, ada pula sabu yang warnanya cukup kusam dan sangat kusam. ”Kemungkinan semua sabu ini berasal dari produsen yang berbeda-beda, namun dipesan oleh bandar yang sama dan dimasukkan ke Indonesia,” ungkapnya.

Bandar yang memesan sabu ini sedang dalam pengejaran. Dari dua orang yang tertangkap, seorang di antaranya masih belum bisa dihadirkan karena dilakukan pemeriksaan untuk pengembangan. ”Hanya satu orang yang bisa dihadirkan dan satu lagi meninggal saat penggerebekan,” tuturnya.

Dari pemeriksaan awal, diketahui bahwa sindikat ini telah memasukkan sabu sebanyak enam kali ke Indonesia. Enam kali penyelundupan itu menggunakan jalur yang berbeda-beda, di antaranya ada penyelundupan yang masuk melalui Kalimantan Barat dan ada pula yang masuk melalui Aceh. ”Tentu perlu pengawasan lebih ketat di daerah-daerah tersebut,” jelasnya.

Berapa prediksi jumlah sabu yang telah masuk dari sindikat tersebut? Buwas -panggilan akrab Budi Waseso- menyatakan bahwa jumlahnya tentu lebih banyak dari sabu yang diungkap kali ini. ”Namun, jumlah pastinya tidak diketahui. Kalau pelaku mengakunya hanya sekali, tapi temuan kami enam kali. Namanya juga pengakuan pelaku, bilangnya hanya baru kali ini,” tuturnya.

Menurutnya, pengungkapan kasus tersebut berdasar informasi yang diberikan Kepolisian Tiongkok. Setelah itu dilakukan operasi bersama antara BNN, Polri dan Ditjen Bea Cukai. ”Kalau ditanya apakah bandar di Tiongkok tertangkap, jawabanya tidak. Sebab, di Tiongkok sabu ini produksi industri rumahan resmi yang kemudian dipesan untuk disalahgunakan,” tuturnya.

Mengapa sabu asal Tiongkok membombardir Indonesia? Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menjawab bahwa sebenarnya BNN mem­prediksi yang berbahaya itu sindikat asal segitiga emas, seperti Myanmar, Thailand, dan Laos.

Mereka memproduksi heroin untuk Asia Tenggara. Namun, ternyata konsumen narkotika berubah dari heroin ke sabu. ”Maka, mereka bergeser ke Sungai Mekong di Tiongkok, yang akhirnya dikenal dengan sindikat Delta Mekong River. Orangnya ya itu itu saja,” tuturnya.

Dari informasi intelijen diketahui bahwa sindikat Delta Mekong River ini lebih beragam secara keanggotaannya. Bahkan, terdapat orang Indonesia yang menjadi anggota dari sindikat tersebut. ”Ada satu orang yang jadi anggota mereka,” jelasnya.

Dalam pengungkapan kasus narkotika kali ini seorang warga negara Taiwan meninggal dunia. Budi Waseso menambahkan bahwa pelaku yang meninggal ini melakukan perlawanan yang membuat petugas harus melakukan upaya pelumpuhan. ”Daripada didahului bandar, tentu risiko semacam itu tidak boleh diambil. Kita mengetahui saat ini bandar memiliki senjata, tidak hanya rakitan namun sudah pabrikan. Itu yang dikhawatirkan,” terangnya. (idr)