25 radar bogor

Pecahkan Kaca Agar Tetap Hidup

EVAKUASI: Tim SAR bersama warga mengevakuasi korban tenggelamnya perahu di Tarakan, Kalimantan Utara, kemarin (25/7).
EVAKUASI: Tim SAR bersama warga mengevakuasi korban tenggelamnya perahu di Tarakan, Kalimantan Utara, kemarin (25/7).

TARAKAN–Kemarin pagi, cuaca Bumi Paguntaka seakan tak menunjukkan firasat apa pun. Terik matahari pagi masih sama seperti hari-hari sebelum­nya. Namun, nahas tak dapat ditolak. Tepat pukul 10.45 Wita saat speedboat Rejeki Baru Kharisma lepas dari dermaga Tengkayu (SDF), selang berapa waktu kemudian speedboat tersebut terbalik.

Seluruh permukaan atas kapal berbalik. Sontak, penumpang di dalamnya dibuat kaget dan panik. Air mulai masuk memenuhi sisi-sisi speedboat tersebut, hingga tidak ada lagi ruang untuk bernapas. Sementara, life jacket tidak berada dekat dengan penumpang.

Dari data manifes terakhir yang diterima Radar Tarakan (grup Radar Bogor), jumlah manifes penumpang sebanyak 55 orang. Sepuluh orang meninggal dunia. Sementara jumlah yang selamat 44 orang.

Sembilan korban meninggal dunia sudah diserahkan ke pihak keluarga dan langsung dimakam­kan. Sementara satu orang korban lagi, yang merupakan warga Jakarta masih berada di kamar mayat RSUD Tarakan.

Salah seorang penumpang selamat, Ketua DPC Gerindra Tarakan, Rudi Hartono beserta rombongan Partai Gerindra Tarakan yang akan menuju Tanjung Selor turut menjadi korban tenggelamnya speedboat tersebut.

Pria yang juga merupakan ang­gota DPRD Tarakan ini men­ceritakan, sebelum keberangkatan, penumpang speedboat Rejeki Baru Kharisma ini memang sudah terlihat overload. Kondisinya berdesakan, bahkan ibu-ibu yang baru masuk ada yang tidak mendapatkan tempat duduk. Menurut perkiraannya, jumlah penumpang berkisar 50 orang bahkan lebih di luar dari penumpang anak-anak.

“Sebelum berangkat kami protes, ini sudah kepenuhan. Tapi mereka (pihak speedboat, red) mengatakan lima menit lagi. Nah, selama lima menit itu kan masih ada penumpang yang terus menyusul masuk,” ungkapnya saat ditemui media ini, sekitar setengah jam setelah berhasil menyelamatkan diri dari insiden tenggelamnya speedboat Rejeki Baru Kharisma.

Lantas, bagaimana ia bisa menyelamatkan diri? Rudi menjelaskan, sekitar 5 menit saat speedboat lepas dari dermaga pelabuhan SDF, insiden nahas itu terjadi. Kapal yang diperkirakan seharusnya berkapasitas sekitar 40 orang itu mengalami oleng saat akan berputar ke kanan, lalu oleng ke kiri.

Kejadiannya begitu cepat. Saat badan speedboat masuk dalam air, puluhan penumpang saat itu berteriak histeris. Masing-masing berusaha menyelamatkan diri, dan posisinya pula dalam keadaan terjepit. Untuk menyelamatkan diri, ia berusaha memukul dan menendang kaca.

“Saya pukul tak berhasil, lalu tendang karena memang sudah panik, dan kapalnya langsung terbalik. Saat sudah menemukan celah, lalu keluar menyelam ke atas. Saya juga lihat anak-anak mau mukul kaca berusaha membuka jendela, tapi sulit dan kapalnya keburu terbalik,” (zia/eru/*/jhn/nri/ddq)