25 radar bogor

Pengaruhi Produksi ASI

SEDIH : Baby blues dianggap normal jika hanya berlangsung dua minggu, selebihnya adalah depresi.

BABY blues merupakan gangguan penyesuaian. Perbedaan antara baby blues dan depresi adalah, jika baby blues hanya ada di dua minggu pasca melahirkan, depresi memiliki jangka waktu lebih lama. Jika seorang ibu mengalami baby blues masih bisa mengatasi perasaannya dan masih bisa mengurus bayi. Sementara depresi itu lebih berat. Mungkin perasaan yang dialami hampir sama seperti sedih, cemas, gelisah, sensitif dan lain-lain. Namun, jika sudah memasuki kategori depresi, fungsi sehari-hari sudah terganggu.

Artinya, seorang ibu sudah tidak mau melakukan aktivitas seperti mengurus bayi, tidak mengurus pekerjaan rumah, dan tidak bisa bekerja. “Kita bisa melihat dari jangka waktu terjadinya perubahan perasaan tersebut, baby blues hanya terjadi dalam waktu dua minggu. Jika lebih dari dua minggu, sudah masuk kategori depresi,” kata Elvina.

Depresi yang paling berbahaya adalah jika mempunyai rasa putus asa dan kecenderungan ingin bunuh diri yang lebih tinggi. Apabila seseorang sudah mengalami depresi postpartum harus segera dilakukan pemulihan dan diobati dengan mendatangi psikiater. Pasalnya, hal itu akan merugikan sang buah hati, karena bisa tidak terjadi ikatan antara ibu dan bayi. Bayi tidak terurus dengan baik dan bayi akan kekurangan gizi.

Dalam kasus yang berat, sang ibu bahkan bisa membunuh bayinya atau bunuh diri. Ini merupakan contoh dari depresi postpartum yang sudah sangat berat.

Ibu harus memiliki ikatan yang kuat dengan bayi. Caranya, kata dia, apabila bayi nangis, ibu harus cepat merespons, memberi kehangatan. Apabila bayi diam, ibu berpikir bahwa dia adalah seorang ibu yang baik, yang dapat memberikan ketenangan. Hal tersebut menjadikan hubungan timbal balik antara ibu dan bayi.

Baby blues juga memengaruhi produksi ASI. Pasalnya, baby blues merupakan perubahan perasaan seperti sedih dan tidak bersemangat, sehingga memengaruhi rasa malas untuk memberikan ASI pada bayi. Sementara produksi ASI dipengaruhi dengan semakin sering diberikan, produksi akan semakin banyak. “Jika ASI kosong itu diproduksi, tetapi jika ibunya tidak memberikan ASI berarti ASI masih penuh. Jadi tidak diproduksi, jadi baby blues dapat menghambat produksi ASI,” tuturnya.

Ada pengaruh hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI, hormon oksitosin atau hormon cinta itu muncul kalau ada perasaan bahagia. Apabila seorang ibu senang, hormon oksitosinnya akan banyak, jadi hasil ASI-nya pun lebih bagus. “Baby blues dapat memengaruhi ASI, jadi produksinya berkurang. Meskipun baby blues harus tetap memberikan ASI untuk bayi,” pungkasnya.(cr6/c)