25 radar bogor

Sekolah Gilir Posisi Duduk Siswa

HaLaL Bi HaLaL: kegiatan belajar mengajar di SdN gunung gede belum aktif kemarin karena sekolah menggelar halal bi halal untuk guru, siswa, dan walimurid.
HaLaL Bi HaLaL: kegiatan belajar mengajar di SdN gunung gede belum aktif kemarin karena sekolah menggelar halal bi halal untuk guru, siswa, dan walimurid.

TRADISI para orang tua mengantar anak ke sekolah, masih mewarnai hari pertama kegiatan belajar mengajar kemarin (17/7). Pantauan Radar Bogor sedari subuh, tampak orang tua mengiringi langkah putra-putri mereka. Beberapa di antara mereka menggunakan motor melintasi sungai demi cepat tiba di sekolah.

“Takut telat, kasihan kalau gak diantar di hari pertama sekolah,” tutur salah seorang wali murid di SDN 1 Cilendek Kota Bogor, Dian Anggraeni (45), kepada Radar Bogor.

Sejak pukul 06.00 WIB, Dian menunggu dan mengamati putrinya beraktivitas. Sedari pengenalan dengan para guru, hingga sang putri masuk ke ruang kelas. Dian sengaja datang sejak pagi agar putrinya bisa duduk di bangku paling depan. “Tapi ternyata tidak bisa. Tempat duduk bergiliran,” ungkapnya.

Kepala SDN 1 Cilendek, Yayat Ahmad Sudrajat, membenarkan kebijakan itu. Dia menegaskan, sudah lama sekolahnya menanggalkan budaya buruk ”rebutan bangku’’. Posisi duduk siswa berganti secara bergiliran setiap hari atau pekan. “Jadi, tidak ada siswa yang selalu di depan atau di belakang,” cetusnya.

Di bagian lain, aktivitas sejumlah siswa SD sempat menarik perhatian. Beberapa siswa itu tampak asyik bermain gawai (gadget) sembari menunggu jam pelajaran dimulai. Staf Penyusunan Program Pendidikan Keluarga pada Kementerian Pendidikan, Purwanto, mengingatkan bahwa ada batasan saat membawa gawai ke sekolah. Yakni, sebatas berkomunikasi dengan orang tua.

“Gawai itu harus dititipkan sebelum masuk dalam kelas. Dititipkan saja pada guru,” jelasnya saat menyambangi SDN Gunung Gede, kemarin (17/7).

Di tempat yang sama, Kepala SDN Gunung Gede, Teti Sukmawati, mengaku belum menerapkan aturan ketat, karena kemarin masih hari pertama mereka sekolah. Meski begitu, Teti juga mengaku dilematis, mengingat keberadaan gawai untuk siswa juga memiliki nilai positif. Yakni untuk berkomunikasi dengan orang tua.

“Di sisi lain membuat guru harus memilah, di mana anak harus menggunakan di mana anak tidak,” kata Teti.

Yang pasti, menurutnya, siswa tidak diperbolehkan menggunakan gawai saat kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, setiap siswa diwajibkan menitipkan gawai kepada masing-masing guru setiap mulai jam pelajaran.

“Saat waktu istirahat, itu full itu untuk anak. Jadi, ada hak anak, ada kewajiban anak,” tandasnya.(rp1/c).