25 radar bogor

Ortu ’’Booking’’ Bangku Sekolah Hari Pertama Sekolah Tahun Pelajaran Baru 2017/2018

BOOKING BANGKU: Salah satu perwakilan anak didik memaku tas di atas meja di SDN 1 Dompyong Wetan, Kabupaten Cirebon, Minggu malam (16/7). Meja itu menjadi pilihan peserta didik baru. Tampak tas-tas lain juga sudah dipaku menyatu dengan meja
BOOKING BANGKU: Salah satu perwakilan anak didik memaku tas di atas meja di SDN 1 Dompyong Wetan, Kabupaten Cirebon, Minggu malam (16/7). Meja itu menjadi pilihan peserta didik baru. Tampak tas-tas lain juga sudah dipaku menyatu dengan meja

BOGOR–Berbagai fenomena muncul di awal tahun pelajaran baru 2017/2018, hari ini (17/7). Sejumlah orang tua mem-booking bangku sekolah untuk putraputri mereka sejak semalam. Sementara di Bogor, banyak orang tua dan siswa yang akan berangkat ke sekolah dini hari demi mendapat kursi.

PAGI ini, Nur Sahid (35), harus berjuang melawan udara dingin untuk mengantar anaknya yang akan memulai sekolah di SDN Bantarkambing 6, Kabupaten Bogor. Ia khawatir jika berangkat terlalu siang, sang anak yang bernama Khahlan Said Sabil (7), bisa tak kebagian bangku. Kalaupun dapat, tapi duduk di barisan paling belakang.

“Kasihan nanti belajarnya gak maksimal kalau di belakang. Saya pengin dia dapat bangku di depan, dekat guru,” ujarnya.

Peristiwa unik lainnya terpantau di SDN 1 Dompyong Wetan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon. Sekolah di wilayah timur Cirebon tersebut semalam didatangi orang tua siswa. Bukan untuk mendaftar anak-anak mereka, melainkan mem-booking tempat duduk agar putra-putrinya nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar perdana.

Fenomena tersebut dilakukan orang tua siswa setiap akan memulai masuk sekolah. Para orang tua mengklaim, tempat duduk di kelas yang baru bisa memotivasi putra-putrinya dalam belajar. “Kalau pertama masuk sekolah itu serba baru. Buku baru, seragam baru, sepatu baru, dan yang jelas tempat duduk juga harus baru,” kata Inayah, salah satu orang tua siswa saat dijumpai Radar Cirebon (Grup Radar Bogor) bernama Fawaz Isfahan Musyafa.

Fawaz yang kini kelas V memilih tempat duduk berbeda saat di kelas IV. Inayah berharap, putra pertamanya itu bisa lebih baik di tempat duduk baru. “Alhamdulillah kemarin ranking 1. Semoga di tempat duduk baru bisa mempertahankan rankingnya,” ujarnya.

Pihak sekolah sendiri sudah terbiasa dengan sikap orang tua siswa yang memilih sendiri tempat duduk anak-anaknya. Salah satu guru SDN 1 Dompyong Wetan, Arief Bahtiar, mengatakan tempat duduk dari kelas I sampai VI dua pekan lalu sudah di-booking orang tua siswa. Para orang tua siswa, kata dia, membawa putraputrinya ke sekolah sambil membawa tas untuk memilih tempat duduk sendiri.

Setelah menentukan sendiri, tas yang dibawa ditaruh di meja. Agar tempat duduknya tidak disambar siswa lain, orang tua yang datang memaku tas di meja yang dipilih. Tak hanya itu, ada juga orang tua yang menulis nama anaknya pada kertas, lalu ditempelkan pada meja yang dipilih. “Orang tua banyak yang datang untuk booking tempat duduk. Bahkan ada yang sebulan yang lalu sudah pesan tempat duduk,” ungkapnya.

Pantauan hingga tadi malam, masih ada orang tua yang datang ke sekolah sambil membawa anaknya mencari tempat duduk. Seperti yang dilakukan Jaja, orang tua Dara yang duduk di kelas III. “Teman-teman Dara melakukan hal yang sama, memilih tempat duduk di sekolah. Jadi, anak saya ini ikutikutan. Ya mau nggak mau harus diturutin. Kalau nggak ya nangis,” katanya saat dijumpai Radar Cirebon.

Di bagian lain, daerah yang secara serentak menerapkan lima hari sekolah adalah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMAN Yosowilangun Abdul Muis mengatakan, seluruh SMAN dan SMKN di Lumajang menerapkan lima hari sekolah. Namun bagi SMA dan SMK swasta, tetap enam hari. Sementara di SD serta SMP baik negeri maupun swasta, seluruhnya enam hari.

Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah mengatakan, dari kesepakatan mereka dengan Mendikbud Muhadjir Effendy, sekolah diberi kebebasan. Bagi yang sudah siap, silakan menggunakan lima hari sekolah. “Tapi, jangan asal siap untuk mengejar gengsi,” jelasnya.

Ferdiansyah menuturkan, sekolah yang menerapkan lima hari sekolah, jangan merasa sebagai sekolah yang lebih hebat. Atau merasa lebih baik. Sebaliknya, sekolah yang masih menjalankan enam hari sekolah, tidak boleh merasa kecil hati.

Ferdiansyah mengatakan untuk wilayah Garut, Jawa Barat, masih banyak sekokah belum mendapatkan buku Kurikulum 2013. Sehingga sangat diragukan untuk bisa menjalankan sekokah lima hari. Sebab sekolah lima hari rujukannya adalah penguatan pendidikan karakter. Dimana kontennya ada di Kurikulum 2013. (wan/mid/apr)