25 radar bogor

Hilang di Warung, Menipis di Pasar

CIGUDEG–Warga di Desa Cigudeg mengeluhkan sulitnya mendapatkan garam di warung maupun toko kelontong. Padahal bumbu penyedap yang kaya akan yodium itu sangat dibutuhkan untuk memasak.

”Sudah jarang di warung-warung. Bahkan sekarang ada yang tidak jual garam, baik yang bubuk maupun batangan,” ujar warga RT 01/02, Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Maesaroh (32) kepada Radar Bogor, kemarin (11/7).

Hal itu tidak terlepas dari mulai beralihnya konsumen ke bumbu penyedap rasa siap pakai sebagai penyedap makanan. Sebab, dinilai mampu membuat masakan lebih nikmat dibandingkan garam.

Pedagang toko kelontong di Jalan Raya Cigudeg KM 23, Sulaeman mengaku, sudah beberapa hari tak menjual garam. Di warungnya hanya tersedia bumbu kaldu dengan varian rasa daging sapi dan ayam.

”Di sini mah sudah jarang yang pakai garam. Banyaknya beli bumbu kaldu kalau ada yang belanja,” ucapnya.

Namun berbeda halnya di pasar tradisional. Masih bisa dijumpai garam di beberapa pedagang. Mulai dari jenis bubuk, batangan, hingga krosok (garam kasar).

Seperti di Pasar Cigudeg. Setiap pemilik kios bumbu dan sembako masih menjual garam. ”Masih ada, cuma stoknya hanya sedikit. Sebab, agak kurang laku sekarang,” tutur salah satu pedagang, Asep Somantri (34).

Harga garam di pasaran pun mulai naik. Yakni berada di kisaran Rp1.500 hingga Rp 3.500 per bungkus, tergantung merek, bahkan ada yang Rp5.000 per kilogram. ”Banyaknya yang beralih ke penyedap rasa, membuat harga garam naik sampai 100 persen,” imbuhnya.

Selain di pasar, garam masih terpampang di sejumlah minimarket di sepanjang Jalan Raya Cigudeg hingga Jasinga. Tiga minimarket yang disambangi Radar Bogor masih menjual bumbu dapur tersebut. ”Garam ada semua, baik ukuran besar maupun kecil,” sebut salah satu penjaga minimarket yang enggan namanya dikorankan.(all/c)