25 radar bogor

Kepedulian Warga RT 04/10 Kelurahan Ciwaringin Gotong Royong Bangun Rumah Janda Miskin

Ilustrasi
Nyai Juju (34) dan anaknya Arga (4) berdiri di depan calon rumah baru mereka yang merupakan swadaya warga RW 10 Kel Ciwaringin, Bogor.

Semangat kebersamaan warga Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, patut ditiru oleh daerah lain. Mereka secara swadaya membangun rumah untuk salah satu warganya yang sedang kesusahan. Adalah Nyai Juju (34), janda beranak dua, yang terpaksa tinggal di gubuk pemancingan ikan. Kini, Nyai bisa sedikit bernapas lega, karena warga urunan membantunya membangun rumah.

Sudah sekitar satu bulan Nyai tinggal di gubuk dekat lokasi pemancingan ikan. Padahal, semasa mendiang suaminya masih hidup, gubuk tersebut hanya digunakannya untuk berdagang kopi dan mi instan. Kini, bangunan serba kayu itu terpaksa ia sulap menjadi tempat singgah bersama kedua anaknya. Memang sempit, sampai-sampai setiap malam anak sulungnya yang baru lulus SMP itu harus tidur di kursi luar.

Sebelum menempati tempat itu, dirinya tinggal bersama mertuanya yang hanya berjarak beberapa meter dari gubuknya. Namun, belakangan dirinya lebih memilih untuk menempati gubuk tersebut.

Hidup Nyai kini serba kesulitan. Setiap hari ia harus banting tulang menjadi buruh bantu demi menafkahi kedua anaknya. Kondisi tersebut selalu membuatnya rindu pada sosok almarhum suaminya yang meninggal dunia dua tahun lalu. Saat itu, suaminya meninggal secara tiba-tiba setelah mengeluh masuk angin. “Waktu itu habis dikerok. Padahal sorenya masih sehat biasa saja, malamnya minta dikerok, sekitar pukul 08.00 almarhum meninggal,” ujarnya ketika ditemui Radar Bogor.

Harapannya mulai muncul ketika warga sekitar mulai menaruh simpati. Empat hari setelah Hari Raya Idul Fitri, warga RT 04/10 bergotong royong untuk membuatkan Nyai sebuah rumah di lahan kosong milik suaminya. Tempat tersebut merupakan lahan bekas kolam yang letaknya bersebelahan dengan gubuk yang kini dihuni oleh Nyai.

Ketua RW 10 Kelurahan Ciwaringin, Sudarmaji, sengaja merangkul warganya untuk peduli kepada kondisi yang kini dialami oleh Nyai. Dengan merapatkan jajaran pengurus RT, dirinya berinisiatif untuk membangun sebuah rumah panggung untuk tempat tinggal Nyai dan anak-anaknya. “Kita minta warga bantu membangun, ada juga yang menyumbangkan dana untuk membeli material. Tapi, sebagian material juga ada yang hasil pemberian warga. Seperti balok-balok dan lain- lain,” ujarnya.

Rumah panggung berukuran sekitar 6 x 7 meter itu kondisinya baru sekitar 80 persen. Sebab, pengerjaannya sementara tertunda lantaran sebagian warganya sudah mulai kembali masuk kerja. Untuk itu, sembari menunggu sumbangan dana  dan bahan baku, pembangunannya akan dilanjut pada akhir pekan ketika warganya banyak yang libur kerja.

Meski berbahan baku kayu, bangunan tersebut tampak kokoh. Sebab, warga yang turut serta membangun, sebagian memang berprofesi sebagai tukang bangunan. Pengerjaan yang tersisa yakni tinggal lantai rumah. Rencananya, lantainya akan dilapisi kayu dengan ketebalan sekitar 3 sentimeter.

Pria yang aktif sebagai pengurus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengatakan, bantuan berupa rumah panggung ini berupakan penanganan sementara. Pasalnya, ke depan dirinya akan mengajukan rumah panggung tersebut ke dalam program rumah tidak layak huni (RTLH). “Yang penting ada dulu bangunannya. Karena kalau sudah jadi bangunan, kan bisa diajukan ke program RTLH. Jadi, nanti mudah-mudahan bisa lebih layak rumahnya,” tandasnya.(rp1/c)