25 radar bogor

Payung, Pisau, Sendok, dan Korek Api di Perut Hendro Wijatmiko

MULAI STABIL: Hendro Wijatmiko terbaring di Ruang Mawar RSD dr Soebandi, Jember, Jumat (7/7). HERU PUTRANTO/JAWA POS RADAR JEMBER
MULAI STABIL: Hendro Wijatmiko terbaring di Ruang Mawar RSD dr Soebandi, Jember, Jumat (7/7). HERU PUTRANTO/JAWA POS RADAR JEMBER

ARIK Budi Hariyanto masih ingat ketika belum lama berselang sang adik, Hendro Wijatmiko, pernah bercerita tentang hobi ”ngemil”-nya yang sangat tidak lazim. Tiap kali perutnya terasa sakit, Hendro mengaku akan menelan berbagai benda tajam. ”Saya abaikan saja cerita itu karena saya nggak percaya,” katanya.

Tapi, hasil rontgen dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoer Rahem, Situbondo, Kamis lalu (6/7) membuat pria 37 tahun itu terbelalak. Betapa tidak, dalam perut Hendro ternyata ditemukan sejumlah paku payung ukuran besar, pinset (pisau kecil), sendok, bahkan korek api. ”Sekarang baru yakin, ternyata yang ditelan itu beneran. Apalagi, jumlahnya sudah banyak,” jelasnya.

Kemarin Hendro sudah dirawat tim dokter RSD dr Soebandi, Jember. Dia dirujuk ke sana dari RSUD Abdoer Rahem Kamis malam lalu, setelah mengeluh sakit perut. ”Pasien sudah berangsur membaik. Sudah dipindahkan dari IGD (instalasi gawat darurat, Red) menuju Ruang Mawar (ruang perawatan, Red),” ucap dr Justina Evy Tyaswati, kepala Humas RSD dr Soebandi.

Pihak rumah sakit belum melakukan tindakan terhadap pria 30 tahun dari Dusun Pesisir, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo, itu. Termasuk operasi. Sebab, tim medis masih melakukan observasi secara menyeluruh.

Sejauh ini, pasien hanya diberi cairan untuk menjaga kondisinya tetap stabil. ”Jika observasi sudah klir, tindakan untuk mengeluarkan sejumlah benda tajam di tubuh pasien pasti dilakukan,” katanya. Yang menggembirakan, papar Evy, sejauh ini kondisi pasien bagus. Juga, Hendro mau meminum obat yang diberikan rumah sakit. Meski jika dilihat dari riwayat medisnya, dia pernah mengalami gangguan jiwa. ”Kondisi kejiwaan tidak mengganggu perawatan yang dilakukan,” jelasnya.

Menurut Arik, sebelum mengeluhkan sakit di perut, adiknya bekerja di laut (mencari ikan) dan di tambak milik orang lain. ”Adik saya masih bujang. Tinggal sama ibu saja. Sedang saya sudah rumah sendiri,” paparnya.

Sebelum jadi nelayan, sekitar tiga hingga empat tahun sebelumnya, Hendro sempat merantau ke Batam. Dia bekerja di galangan kapal. Sepulang dari perantauan itulah mulai muncul gelagat aneh pada diri Hendro.

Dia tampak seperti mengalami kelainan jiwa. Saat kambuh, Hendro kerap menyendiri tanpa komunikasi. ”Jika kumat, dia tidak marah-marah seperti orang gila. Dia hanya menyendiri,” kata Arik.

Kondisi kejiwaan itulah yang membuat Arik yakin bahwa bersarangnya berbagai benda tersebut di perut sang adik tak berhubungan dengan santet, teluh, atau hal klenik lain. ”Tapi memang dia masukkan sendiri ke dalam perut, entah sadar atau tidak,” tutur dia.

Senada dengan Arik, Evy menegaskan, yang terjadi pada Hendro murni disebabkan memakan benda-benda asing itu sehingga masuk tubuh. ”Jadi, tidak ada yang aneh-aneh (klenik, Red) dan memang benda tajam ini dimakan sendiri oleh pasien karena ada gangguan jiwa,” tegas Evy.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang juga spesialis penyakit dalam dr Yuli Hermansyah SpPD Finasim menambahkan, kalau melihat sekilas dari foto rontgen RSUD Situbondo yang beredar di media, berbagai benda tersebut sudah masuk usus. Mungkin di usus 12 jari atau usus besar. ”Dengan kondisi itu, memang kemungkinan besar bendabenda seperti paku, paku payung, dan bentuk pisau itu masuk melalui oral alias mulut,” katanya.

Yang mengherankan pihak keluarga, tidak ada bekas luka pada mulut Hendro. Selama dirawat di rumah sakit, Hendro juga bisa dengan lancar makan bubur dan pisang.

Jika dibandingkan dengan ketika berada di rumah, kondisinya kini membaik. Sudah tidak terlalu mengeluh. ”Sudah tiga hari ini dia juga tidak buang air. Kalau sekarang, dipasangi popok. Jadi, tidak tahu apakah buang air besar atau tidak,” katanya.

RSD dr Soebandi belum menentukan tim dokter yang akan menangani Hendro. Tapi, menurut Yuli, untuk mengambil berbagai benda di perut bujangan dari Panarukan itu, harus dilakukan operasi. Memang ada alternatif endoskopi via oral alias mulut jika posisi benda di usus 12 jari. Atau melalui anus di posisi paku dan lain-lain itu di usus besar.Cuma, yang bisa diambil alat endoskopi tidak terlalu besar. Juga tidak sebanyak yang terjadi pada Hendro. ”Yang ini harus dengan operasi,” tegas dia.(*/ram/hdi/c11/ttg)