25 radar bogor

Angkot di Paksa P asang Pendingin

CIBINONG–Kendati tak laku karena tarif dianggap lebih mahal. Hingga kemarin, gaung angkot wajib menggunakan pendingin semakin kencang. Para pemangku kebijakan daerah bahkan mendukung Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek, salah satu satunya angkot tersebut. Kabid Angkutan pada Dishub Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi mengaku, akan mengikuti aturan tertinggi. Apabila aturan tersebut telah diberlakukan, maka Dishub juga akan melihat situasi dan kondisi di Kabupaten Bogor. “Lihat dulu tahun depan seperti apa aturannya, karena ada muatan lokal sehingga jika aturan telah ditetapkan maka dapat ditentukan wilayah mana dulu yang akan diprioritaskan,” paparnya. Jika aturan dari pusat telah ditetapkan bahwa angkot wajib ber-AC, kata dia, Dishub akan langsung ber koordinasi dengan DPRD Kabupaten Bogor untuk mengeluarkan perda untuk pengaturan di daerah. Sebab, menurutnya, harus diperhatikan juga kondisi di wilayah pelosok yang mungkin tidak mampu menggunakan AC. Sehingga, penerapannya harus dilakukan bertahap. “Saat ini belum kami sosialisasikan karena masih menunggu aturan dari atas,” terangnya.

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Haikal menuturkan, apabila bermanfaat dan membuat nyaman penumpang pihaknya setuju. Namun, kata dia, yang lebih penting lagi Kementerian Perhubungan harus mengawasi kondisi angkutan tersebut. Sebab, AC sifatnya hanya fasilitas. “Menurut saya tidak hanya fokus kepada AC-nya saja, justru yang lebih penting dan utama adalah keselamatan penumpang,” ucapnya. Ia juga mempertanyakan, apakah mungkin angkot yang ada di Kabupaten Bogor dipasangkan AC jika melihat kondisi saat ini? Menurutnya, itu hanya beberapa persen. “Kami bisa lihat sendiri, mungkin dengan kondisi bodi maupun mesin. Kalau trayek menurut saya tidak pengaruh, itu hanya lintasan saja,” tukasnya. Bupati Bogor Nurhayanti pun menyetujuinya. Namun, perbaikan kepada angkot juga harus diperhatikan. Meski pada awalnya masyarakat akan menolak, namun secara bertahap akan dilakukan sosialisasi. “Kalau saya sih lebih memilih yang nyaman dan murah, ya itu angkot,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (6/7). Ia menambahkan, angkot harus mampu bersaing dengan angkutan online. Tinggal masyarakat yang memilih, apakah konvensional atau angkutan online. “Karena saat ini eranya sudah digital, tidak bisa lagi dihalanghalangi,” tandasnya.(rp2/c)