DALAM menjalankan bisnisnya, Evi juga tetap memosisikan diri sebagai istri dan ibu yang baik di keluarga, tetap menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya. “Bagaimanapun saya seorang ibu, saya ingin bisnis saya berjalan tetapi saya juga bisa berbakti kepada suami, mengawasi dan mengontrol anak-anak, karena ketiga anak saya perempuan,” jelasnya. Dengan menjalankan bisnis tersebut, Evi mempunyai banyak waktu untuk keluarga yang lebih berkualitas dan menyenangkan.
Mengurusi bisnis yang sangat identik dengan laki-laki, tak membuat Evi merasa minder. Melihat antusias para pembeli, dukungan keluarga dan teman-teman menjadikan sosok Evi lebih kuat dan percaya bahwa bisnisnya akan semakin meningkat. Pada akhirnya, memang benar bisnis yang digelutinya dua tahun ini sudah sangat terkenal. “Saya awalnya kaget, tidak menyangka bahwa bisnis yang dahulu sempat saya ragukan bisa mendapat apresiasi sangat baik dan berkembang dengan sangat cepat, alhamdulillah sudah banyak konsumen. Bahkan ada yang rela datang ke rumah dari luar kota untuk membeli pisau,” jelasnya.
Selain memproduksi dan memasarkan produknya, Evi juga bergabung dengan Komunitas Pelempar Pisau. “Meskipun saya dan suami sudah mempunyai keahlian membuat pisau, dalam melempar pisau saya belum bisa, dan ternyata mereka semua sangat baik dan memberi dukungan,
membimbing dan memberikan ilmu juga. Untuk sekarang saya sangat senang karena sudah bisa melempar pisau dan sudah lebih merasa percaya diri,” ujarnya.
Menurutnya, jika bisa menjadi orang yang tangguh dalam arti di mana pun berada, dapat bermanfaat bagi orang lain, dapat merasakan kebahagiaan. ”Saya ingin bisa menolong siapa pun dan bermanfaat bagi mereka, tidak hanya mengandalkan laki-laki. Bukan tidak membutuhkan, tapi ada kalanya kita harus mempersiapkan diri mengantisipasi hal yang tidak terduga.” ungkapnya.(cr6/c)
