25 radar bogor

Organda: Angkot Ber-AC tak Efektif

BOGOR – Rencana penambahan fasilitas pendingin udara (AC) kepada sejumlah angkot di Kota Bogor, mendapat tangga- pan beragam dari berbagai pihak. Salah satunya, Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor.

Menurut Wakil Ketua DPC Organda Kota Bogor, Freddy Djuhardi, sejauh ini belum ada pembicaraan khusus an- tara Organda dengan Dinas Perhubungan (Dishub). “Justru, sejauh ini kami hanya mendengarnya dari media,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Dia menilai, penataan angkot tidak bisa dilakukan secara sepihak. Akan tetapi, harus melibatkan kearifan lokal, dalam hal ini pengusaha angkutan. “Mereka (pemerintah) tidak melihat kebutuhan yang lebih luas, bahwa seperti Kota Bogor ini angkutannya, jaraknya pendek- pendek. Belum lagi banyak angkutan yang trayeknya juga ke pedesaan dan kelurahan,” kata Freddy.

Artinya, sambung Freddy, angkot ber-AC ini untuk siapa? Untuk trayek mana? Tentunya harus bijak dalam hal kewilayahan. Menurut dia, yang harus diperhatikan pemerintah adalah proses peremajaan angkutan.

“Angkot itu tidak ada yang kebut-kebutan karena jaraknya pendek dan menyusuri gang demi gang, mencari penumpang. Permasalahannya, bukan pemasangan AC-nya saja, tapi juga desainnya. Apalagi, dalam menarik angkot itu jaraknya pendek, otomatis pintu tidak ditutup dibuka terus. Jadi, AC itu fungsinya apa?” tegas Freddy.

Keberadaan angkot ber-AC, kata dia, sebelumnya pernah diaplikasikan di Kota Bogr dengan nama angkot eksklusif, yang rencananya dilengkapi AC dan berjumlah 30 unit. Namun, dalam perjalanannya, AC pada angkot tidak pernah dipasang karena desain pintu penumpangnya selalu terbuka. Terlebih, penumpang yang duduk di depan lebih suka jendelanya terbuka. Pengalaman ini menjadi bukti tidak efisiennya bila angkot wajib pasang AC. “Belum lagi bodi mobil yang kecil, enggak seperti bus,” tambahnya.

Di sisi lain, sopir angkot pun tak ketinggalan menanggapi soal angkot ber-AC ini. Ada yang setuju dan tidak. “Saya setuju jika angkot dipakaikan AC, karena kemarin saya pun ikut andil dalam demo aksi di Monas mengenai kebijakan perubahan tersebut,”  sahut Adi (26), sopir angkot trayek 08 BTM–Citeureup.

Jika angkot menggunakan AC, kata dia,  otomatis tarif angkot akan naik. Sebab, menurutnya, dengan penggunaan AC akan memakan bahan bakar lebih banyak. Meski begitu, Adi tetap setuju dengan angkot ber-AC ini.

Tak jauh berbeda, pernyataan serupa juga diungkapkan Andriyana (20), sopir angkot trayek 09 Warung Jambu– Sukasari.  “Iya, pasti adem dan saya setuju saja. Yang pasti, tarif jadi naik karena ada fasilitas AC,” ujarnya

Sedikit berbeda, Dedi (36), sopir angkot trayek 06 BTM– Ciheuleut, mengaku tidak tahu- menahu dengan wacana angkot ber-AC.  Namun, dia tidak setuju dengan rencana tersebut. “Mending biasa saja kayak gini,”  imbuhnya.(wil/pkl2/c)