25 radar bogor

TARIF ANGKOT AC JANGAN KEMAHALAN

BOGOR–Tak lama lagi, angkot di Kota Bogor akan memakai pendingin udara (AC). Itu seiring dengan adanya bantuan 10 alat pendingin udara yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kepada Pemkot Bogor. Lantas, berapa besaran tarif yang diterapkan jika angkot telah memakai AC?

Pengamat transportasi Universitas Pakuan, Budi Arif mengatakan, dalam analisis angkutan umum terkait tarif, sedianya sudah ada konsepnya. Yakni, ada biaya langsung dan tidak langsung. “Apalagi sekarang angkot sudah berbadan hukum. Namun, mekanisme berbadan hukumnya ini seperti apa? Apakah proses servis dan pelayanan tetap dihitung (masuk tarif),” papar Budi kepada Radar Bogor.

Dia menilai, perhitungan tarif angkot ber­AC nantinya juga bakal berbeda. Sebab, ada yang kemudian disebut biaya operasi kendaraan (BOK) yang menjadi patokan menentukan tarif kendaraan umum. Tentu, jika tidak ber­AC tidak dimasukkan variabelnya di dalam BOK, namun berbeda jika ber­AC. “Ini kemudian akan menjadi beban. Dan, beban itu akan diserahkan kepada penumpang secara otomatis. Belum lagi beban bahan bakarnya,” jelas Budi.

Tak hanya masalah tarif, model angkot ber­AC yang akan go public juga tidak boleh sembarangan. Sebab, jika angkot menggunakan AC, sistem pintunya harus berbeda, misalnya kedap suara dan harus selalu tertutup. Sedangkan kondisi pintu angkot Kota Bogor sekarang sistemnya dilipat dan didesain menggunakan karet.

“Di bawahnya harus ada terpal, kalau ada bolong­bolong akan keluar, jadi tidak efektif AC­nya. Banyak pertimbangan terkait efektivitas. Tentu saja AC akan efektif bila kondisi kendaraan prima,” kata dia.

Karet­karet yang menempel pada pintu, menurut Budi, harus dihilangkan. Tidak terbayang akan seperti apa nantinya jika pintu tersebut tetap digunakan dan harus buka­tutup, tentulah sangat merepotkan. Sementara, jika pintu terbuka, tentulah AC akan bekerja tidak efektif.

“Jadi, secara desain pun harus diperbaharui, nanti bisa jadi malah enggak efisien dan enggak efektif. Terlepas dari contoh pintu angkot, dari mesin angkot pun harus layak menggunakan AC. Harus ada pertimbangan kondisi fisik angkutan,” paparnya.

Budi menambahkan, ada kemungkinan tarif angkot ber­ AC naik 10 persen. Semisalnya Rp3.500, kalau naik 10 persen bisa jadi Rp4.000. Masalahnya, mau atau tidak masyarakat naik angkot dengan harga yang jauh lebih tinggi, tetapi hanya sekadar dingin.

“Jadi, di dalam perhitungan BOK itu ada namanya ability to pay (ATP) dan willingnes to pay (WTP). Ada orang berkeinginan untuk membayar dan mampu, bisa jadi juga orang yang enggak mampu akan membayar. Tapi, orang yang menggunakan angkot itu di level mana?” bebernya lagi.

Di sisi lain, saat ini Pemkot Bogor tengah menarik kalangan menengah ke atas untuk naik angkot. Akan tetapi, soal kenyamanan juga naik turunnya angkot itu akan seperti apa. Yang disebut dengan menggunakan angkot adalah rutinitas pagi, siang, sore. Tapi jika hanya sesekali tidaklah efektif. “Di sisi lain, konsep transportasi berkelanjutan itu kan push and pull, menekan kendaraan pribadi menuju ke kendaraan public transport yang nyaman dan terjangkau,” tandasnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Rakhmawati menjelaskan, pihaknya akan membahas tarif angkot AC. Sebab, menurutnya harus ada perbedaan biaya antara angkot biasa dan ber­AC. “Nanti kami akan bahas dulu dengan Organda terkait tarifnya, karena kami juga belum memilih angkotnya yang akan dipasang AC,” paparnya.

Menurutnya, Dishub akan memilih angkot yang masih baru. Sehingga angkot akan kuat jika dipasang AC. Mengingat, masih banyak angkot di Kota Bogor yang kekuatannya masih 1.000 cc. “Kalau angkot yang lama tidak bisa dipasang karena harus ada peremajaan terlebih dahulu,” tandasnya.

Sementara itu, rencana angkot berpendingin udara juga disambut antusias oleh warga. Semisalnya, Alfia. Warga Bogor ini menilai angkot ber­AC akan menjadi solusi bagi penumpang yang mencari angkutan yang nyaman. Namun, dia berharap tidak ada penambahan tarif. “Kalau tetap murah dengan fasilitas yang nyaman, angkot bisa jadi favorit masyarakat lagi. Tapi kalau ada tambahan tarif, selama masih terjangkau saja, jangan mahal­mahal,” tuturnya.

Warga lainnya, Diana Hafifah (24) mempunyai pendapat berbeda. Dia mengaku tidak terlalu membutuhkan angkot ber­AC. Ia hanya membutuhkan angkot yang dalam keadaan baik, aman, sopir ramah juga tidak ugal­ugalan. Lebih dari itu, terpenting adalah jujur dan tarif jangan terlalu mahal.

“Iya, ngapain kalau angkotnya ber­AC, tapi sopirnya masih ugal­ugalan, enggak ramah. Warga juga tetap aja malas naik,” ucapnya.(wil/c)