25 radar bogor

Petinju yang Diberi Mandat Berantas Parkir Liar

Tak banyak yang tahu jika Kasi Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Suratman merupakan seorang petinju. Bukan sekadar petinju biasa, kepala seksi yang belum lama dilantik ini sempat bertarung di kejuaraan tinju Pekan Olahraga Daerah (Porda) hingga nasional pada tahun 90-an.

PRIA kelahiran tahun 1969 ini, sejak duduk di bangku SMP memang sudah hobi dengan olahraga tinju. Menurutnya, ada kebanggaan tersendiri menjadi seseorang yang mencintai olahraga tinju. Selain membuat tubuh bugar, fisiknya yang kekar membuatnya kerap kali disegani banyak orang. Untuk itu, hingga kini dirinya masih rutin menjaga kebugaran fisik dengan rajin berolahraga.

Namun, siapa sangka, kesukaannya terhadap olahraga tinju mengantarkannya kepada profesi sebagai petinju profesional. Ketika itu, dirinya merantau dari kampung halamannya, Jawa Timur ke Kota Bogor pada 1991 untuk mengikuti berbagai kejuaraan tinju. Kiprahnya ditutup pada 1997 dengan mengikuti kejuaraan Porda. “Saya masuk ke sini tahun 1991. Kebetulan waktu itu memang menjadi PNS juga di Dispenda (sekarang Bapenda),” jelasnya ketika ditemui Radar Bogor.

Kiprahnya sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga rupanya sudah malang melintang. Dari Dispenda, dirinya sempat ditempakan di Dishub Kota Bogor sebagi staf perparkiran, tapi tak lama dipindah kembali ke Dispenda di bagian penagihan pajak. “Jadi, di Dispenda lama juga, sudah melalui lima kepala dinas (kadis),” terangnya.

Meski postur tubuhnya terbilang besar, ia tak lantas mengandalkan fisiknya ketika menagih pajak yang tersendat. Menurutnya, menggunakan fisik kini sudah bukan zamannya. Untuk itu, dirinya selalu punya cara menagih pajak yang efektif semasa mengabdi di Bependa. Caranya, mengandalkan komunikasi persuasif. “Banyak yang tidak mau bayar, kami kasih masukan sehingga mau bayar pajak. Kita pakai komunikasi, bukan otot lagi,” kata Suratman.

Kini, setelah dilantik pada sebagai Kasi Perparkiran Dishub Kota Bogor pada 22 Juni lalu, Suratman mengemban tugas cukup berat. Dirinya diamanahi Wali Kota Bogor, Bima Arya untuk memberantas parkir liar di lingkungan Kota Hujan. Terutama, di pasar­pasar tradisional yang keberadaannya kerap kali membuat lalu lintas semrawut.

Langkah awal, dirinya ingin masyarakat memahami mana saja zona yang bisa digunakan sebagai tempat parkir dan dilarang parkir. Sebab, menurut­ nya, permasalahan utama ada pada kesadaran masyarakat. Jika masyarakat sudah mengerti, maka dengan sendirinya parkir liar pun akan pudar. “Harapannya masyarakat Bogor dapat mengerti zona­zona parkir, yang mana yang boleh dan tidak,” tandasnya.(rp1/c)