25 radar bogor

Cetak Biru dari Saint Petersburg

JUARA: Para pemain Jerman merayakan kemenangan dengan mengangkat trofi kejuaran usai mengalahkan Chile pada laga Final Piala Dunia Konfederasi 2017 di Krestovsky Stadium St Petersburg Rusia, kemarin.

SAINT PETERSBURG–Jerman datang ke Piala Konfederasi bersama tim B-nya dan dihujani cibiran. Tetapi, tim B dengan 70 persen lebih skuadnya diisi pemain berusia 25 tahun ke bawah tersebut kembali ke Jerman dengan mempersembahkan tro? juara Piala Konfederasi pertama di dalam sejarahnya itu, kemarin WIB (3/7).

Ya, di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, anak-anak muda Die Mannschaft julukan Jerman berhasil menjuarai Piala Konfederasi 2017 setelah menghentikan Chile dari gol semata wayang Lars Stindl ketika laga baru berjalan 20 menit pertama. ”Spasiba dan Doswindanja, dan kini kami menatap ke depan, kami akan kembali ke sini di 2018,’’ koar kapten Julian Draxler, di konferensi pers, sebagaimana dikutip situs resmi FIFA.
Jerman memang harus menatap ke depan. Lupakan soal kutukan juara Piala
Konfederasi yang takkan mampu kembali juara di Piala Dunia. Sepulang dari Rusia, ada pekerjaan rumah di pundak der trainer Joachim Loew. Apa yang bisa dia dapat dari juara Piala Konfederasi sebagai modal menghindari kutukan tahun depan?

Itu yang harus dijawab Jogi, panggilan akrab Loew. Berbicara dalam situs resmi federasi sepak bola Jerman DFB, dia memuji performa pemainnya selama tiga pekan di Rusia. ”Di awal kami sempat merasakan kesulitan, tim muda ini mengawalinya dengan sedikit gugup,’’ tuturnya menceritakan progres timnya sejak awal turnamen.

Dibandingkan dengan fase grup, Draxler dkk lebih matang sejak fase knockout. Terbukti dua tim Meksiko dan Chile yang punya pengalaman lebih banyak mampu diredam langsung, cukup dalam waktu normal 2 x 45 menit. ”Dibandingkan sebelum Piala Konfederasi, mereka di saat ini jauh lebih baik,’’ puji pelatih yang sudah memberi dua trofi dalam 11 tahun dia berkuasa di timnas Jerman itu.

Loew mengakui, memperta- hankan trofi Piala Dunia lebih susah ketimbang mengejar apa yang sudah dia dapatkan di Rusia. Karenanya, dia membutuhkan banyak pemain bagus dalam 1 tahun ke depan. ”Setelah ini, kami ingin mengembangkan tiap pemain yang kami nilai memiliki potensi,’’ sebutnya.

Siapa sajakah mereka? Dari deretan pemain yang menggondol gelar pribadi seperti Timo Werner (Sepatu Emas), Stindl dan Leon Goretzka (Sepatu Perak), serta Draxler (Bola Emas), di atas kertas bisa bersaing berebut posisi utama dengan para pemain seniornya. Werner misalnya. Striker RB Leipzig ini menjawab kepercayaan Miroslav Klose, pelatih striker timnas Jerman.

Sebelumnya Klose pernah berujar bahwa Werner punya masa depan lebih dibanding dua striker Jerman lainnya, Stindl dan Sandro Wagner. Terutama dari sisi usianya. Tak cuma punya modal dari agresivitasnya dengan catatan tiga gol dari 11 tembakan (per satu golnya tak butuh lebih dari empat tembakan), assist ke Stindl kemarin jadi bukti dia juga bisa berkontribusi lain.

Seperti diketahui, striker ganas yang dibutuhkan Jerman sepeninggal Klose. Dengan usia Gomez yang sudah 32 tahun di Piala Dunia, maka satu spot bisa jadi milik Torjaeger Leipzig di Bundesliga musim kemarin itu. Dari karakternya, Gomez lebih mirip Wagner. Sementara untuk Werner, pergerakannya bisa jadi pesaing Mueller yang susah men- cetak gol di turnamen mayor.

Sementara Goretzka, dia disebut mirip dengan Lothar Matthaeus. Dia bisa berkompetisi berebut satu spot di antara empat gelandang Jerman. Sami Khedira dan Toni Kroos mungkin di tahun depan masih bisa bertahan. Tapi, tidak dengan Julian Weigl atau Ilkay Guendogan. Kedua pemain ini rentan cedera, dan dari usianya Goretzka jelas lebih fresh.

Sedangkan Emre Can dan Sebastian Rudy yang main bagus di Rusia punya kans untuk memastikan 23 nama di Piala Dunia 2018. Sementara, dari 22 pemain, Joshua Kimmich yang sudah pasti akan berada di sisi kanan pertahanan Jerman. Jika ditarik ke tengah, posisi pemain Bayern Muenchen itu bisa diisi Jonas Hector.

Draxler? Di Rusia ini dia diberi peran bebas. Bukan hanya sudah berhasil membuktikan bahwa dia juga punya jiwa kepemimpinan, satu gol dan satu assist-nya jadi modal bahwa pada tahun depan dia bisa bersaing dengan kreator di timnas Jerman lainnya. Salah satunya Mesut Oezil.

Rudy menungkapkan, dari pengalaman di Rusia ini, dia merasa Jerman dapat bermain sebagai sebuah kesatuan. Meski mereka baru kali ini dimainkan bersama di sebuah turnamen mayor.

”Tiap pemain yang berpartisipasi di turnamen ini semua menunjukkan siapa dirinya untuk musim panas tahun depan (Piala Dunia 2018). Musim masih panjang, kami akan lebih baik lagi,’’ koar gelandang 27 tahun itu.(ren)