25 radar bogor

Tiga Bocah Nekat Gowes dari Palembang ke Tangerang untuk Temui sang Ibu

TIGA bocah itu bernama Muhammad Okta Firmansyah (15) dan adiknya, Muham mad Afrizal (13), serta Aslam Alamsyah (11), anak tetangga mereka di Tangerang. Ketiganya sempat ’’terdampar’’ di Indralaya, Ogan Ilir (OI), tepat pada hari raya Idul Fitri, Minggu (25/6). Ketika itu, sekitar pukul 12.30 WIB, mereka tiba di Pos Pelayanan (Pos Yan) Km 32 Indralaya.

’’Kami mau naik truk. Tapi, tidak ada truk yang lewat,’’ ujar Aiptu Syukrial, petugas Pos Yan Km 32, menirukan penuturan Rizal cs. Saat datang ke pos, tiga bocah itu membawa dua sepeda butut yang dikendarai dari rumah nenek mereka di Palembang.

Lantaran dianggap menempuh perjalanan ’’tidak lazim’’, tiga bocah tersebut lantas dikirim ke Panti Sosial Dharmapala Km 32. Tidak jauh dari Terminal 32 Indralaya. ’’Saya sendiri yang mengantar,’’ ujar Syukrial kepada Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) yang menemuinya kemarin (30/6).

Di panti, mereka diperlakukan dengan baik. Mereka mendapat tempat istirahat di bangunan paling belakang. Kondisi tiga bocah tersebut tampak kusut, kelelahan. Pakaian mereka juga lusuh dan tanpa bekal yang cukup untuk bepergian jauh.

’’Mereka lalu saya minta mandi dan setelah itu makan,’’ ujar Wismantoro, pengurus panti.

Begitu mereka selesai makan, 30 menit kemudian turun hujan deras. ’’Saya iseng cek ke asrama, tempat anak-anak itu istirahat. Eh, ternyata mereka sudah tidak ada di kamar,’’ jelas Wismantoro.
Anak-anak itu, rupanya, kabur. Padahal, kata Wismantoro, besoknya mereka dicarikan bus ke arah tujuan dan dititipkan kepada sopir bus. ’’Tapi, itu tadi, mereka keburu kabur.’’

Wismantoro belum sempat memperoleh data detail tentang tiga bocah tersebut. ’’Saat ditanya alamat, jawabnya simpang siur. Katanya di Ciledug, asal Palembang,’’ ungkapnya.

Pengakuan lain, orang tuanya bernama Nasir. Bekerja di PO Arya Prima. ’’Sebagai sopir atau kernet, mereka tidak bisa menjelaskan secara detail,’’ katanya. ’’Ini nomor telepon Pak Dori, teman ayahnya,’’ kata Wismantoro sembari menyerahkan secarik kertas berisi nomor handphone.

Dori, wartawan koran ini mengantongi alamat tiga bocah itu. Yakni, Jl Merdeka, Lr Pangeran Marto, No 167, RT 10, RW 4, Kelurahan 19 Ilir, Bukit Kecil, Palembang. Penghuninya adalah Iskandar dan Megawati yang tak lain adalah kakek dan nenek bocah itu. ’’Iya benar, saya neneknya Rizal,’’ ujar Megawati ramah.

Duduk lesehan di ruang tamu, sebuah rumah sederhana, Megawati yang biasa dipanggil Wak Era terdengar mengeluh ketika koran ini menyebut nama tiga cucunya yang nekat pulang ke Ciledug dengan hanya bersepeda BMX. ’’Anak-anak itu memang suka nekat. Waduh…,’’ katanya, lantas menghela napas dalam-dalam.

Menurut Wak Era, Rizal dan Okta adalah cucu dari anaknya yang bernama Sulastri dan menantunya, Muhammad Nasir, 41. Sedangkan Aslam adalah tetangga di Tangerang. ’’Rizal sama Okta sudah lama tidak ke Palembang,’’ jelasnya.

Hanya, pada Ramadan lalu, dua cucunya itu ke Palembang. Tepatnya sehari sebelum bulan puasa, Sabtu (27/5). ’’Waktu buka pintu, sekitar pukul 04.00 subuh, saya terkejut lihat mereka datang. Saya tanya siapa yang mereka ajak (Aslam), katanya tetangga di Tangerang.’’

Selama Ramadan di rumah neneknya di Palembang, ketiganya juga menjalankan puasa. Rizal dan Aslam rajin berpuasa. ’’Tapi, Okta, meskipun paling tua, puasanya bolong- bolong. Banyak batalnya.’’

Tiga bocah itu sempat mengutarakan keinginan berlebaran di Palembang. ’’Mereka sering cerita, suka kesal lihat ayahnya pulang kerja sering mabuk,’’ lanjut Wak Era.

Okta dan Rizal merupakan enam bersaudara. Adiknya masih kecil-kecil. Yakni, Jefri, Ridwan, Irham, serta si bungsu Gibran yang masih 1,5 tahun.

Nah, sehari sebelum Lebaran, Sabtu (24/6), Okta mendapat telepon dari adiknya, Jefri, yang mengabarkan bahwa ayah dan ibunya bertengkar hebat. Mereka diminta segera pulang untuk mengurus empat adiknya yang lain.

’’Setelah dapat telepon itulah mereka pengin balik (pulang, Red) ke Tangerang,’’ jelas Wak Era.

Ketika itu, sang nenek sedang tidak enak badan. Dia tak bisa mengantar ketiga bocah pulang. ’’Mereka baleknyo (pulangnya, Red) jam duo (14.00 WIB). Saya cuma kasih uang untuk bekal balik,’’ ungkapnya.

Wak Era mengaku tidak tahu bahwa tiga anak itu pulang ke Tangerang dengan naik sepeda BMX. ’’Mereka pakai sepeda siapa?’’ ujarnya keheranan.

Meski demikian, Wak Era membenarkan bahwa cucunya memang sering nekat. Pernah suatu hari muncul di rumah sang nenek dengan diantar sopir bus. ’’Mereka itu sering menumpang bus dari Jakarta. Karena ayahnya lama bekerja sebagai kernet bus Aria Prima,’’ lanjutnya.

Bahkan, belum lama ini, Okta dan Rizal sempat ke Jambi sebelum ke Palembang. Selain itu, mereka hendak berangkat ke Padang untuk menemui pamannya. ’’Mereka sering ikut bapaknya kerja. Tapi, mereka juga sering kena marah karena sering pulang pergi Palembang–Jakarta.’’

Namun, ada alasan lain mengapa cucunya sering bepergian tanpa pamit orang tuanya. Yakni, mereka kesal melihat bapaknya setiap pulang kerja sering dalam kondisi mabuk. ’’Dua cucu saya ini juga kerap melihat orang tuanya tengkar,’’ cerita Wak Era.(*)