25 radar bogor

Teror di Mabes Polri Dua Brimob Ditusuk usai Salat Isya

M, Jaksel, Jumat (30/6) malam. FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

Aksi penusukan terhadap anggota polisi kembali terjadi. Dua anggota Brimob yang sedang salat Isya di masjid seberang markas besar (Mabes) Polri, tersungkur ditusuk pisau. Aksi ini menjadi kado hitam untuk Polri di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Bhayangkara, yang jatuh pada hari ini, Sabtu (1/7).

Pantauan pewarta, sekitar pukul 20.00 WIB tampak puluhan anggota kepolisian berjaga di akses masuk Masjid Falatehan, kompleks Perusahaan Uang Republik Indonesia, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sejumlah warga tampak masih berkumpul di lokasi tersebut. Seorang saksi mata, Ferdi menuturkan, kejadian bermula setelah salat Isya di masjid tersebut. Saat salat selesai, tiba- tiba terdengar seseorang berteriak Allahu Akbar dari saf ketiga atau saf paling belakang. ”Sehabis salam, terdengar teriak. Saat itu dia membawa pisau sepanjang 25 cm hingga 30 cm,” ujarnya.

Saat itu, pelaku yang memakai kemeja warna biru langsung menusuk seorang anggota Brimob ke arah kepala. Brimob itu baru saja menjalankan salat. Kendati tertusuk, anggota Brimob itu masih sempat melarikan diri. ”Saya lihat dia terluka di sekitar kepala, darah berceceran di karpet masjid,” ungkapnya.

Langsung saja, pelaku mengejar anggota Brimob lainnya. Kebetulan saat itu memang ada puluhan anggota Brimob yang juga beribadah. ”Puluhan anggota Brimob itu langsung menghindari pelaku, sebab, mereka tidak membawa senjata apa pun,” papar Ferdi yang salat di barisan depan saat kejadian.

Karena semua anggota Brimob lari keluar masjid, pelaku juga mengejar keluar. Pelaku mengejar ke arah Terminal Blok M. Saat itulah terlihat ada anggota Brimob dari arah Lapangan Bhayangkara mengejar pelaku, lalu pelaku dilumpuhkan dengan tembakan. ”Tembakan peringatan tiga kali, lalu tembakan ke arah pelaku. Pelaku yang mengacungkan pisaunya lalu roboh,” jelasnya.

Sementara saat ditemui di lokasi kejadian, Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, dipastikan pelaku tewas setelah dilumpuhkan personel. Langsung dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). ”Dalam olah TKP itu ditemukan senjata pelaku berupa pisau sangkur,” ungkapnya.

Saat ini masih didalami identitas pelaku. Namun, dari modus penusukan sangat mirip dengan kejadian aksi teror di Polda Sumatera Utara (Sumut). Maka, patut diduga pelaku merupakan anggota kelompok teroris. ”Belum diketahui identitasnya,” ungkapnya.

Dalam olah TKP juga ditemukan sebuah kartu identitas atas nama Mulyadi, yang beralamat di Pegaulan, Cikarang, Bekasi. Namun, belum bisa dipastikan apakah kartu identitas tersebut milik pelaku. ”Belum pasti, KTP itu ditemukan di TKP,” terangnya.

Selain menjadi kado hitam, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. menyebut kasus penusukan itu sekaligus penghinaan terhadap institusi Polri karena terjadi tak jauh dari markas besar kepolisian.

”Indonesia Police Watch merasa prihatin dengan peristiwa ini. Setelah berhasil menyerang Polda Sumatera Utara dan membunuh seorang polisi, kelompok teroris makin nekat mendekatkan serangan ke Mabes Polri,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (30/6).

Neta menilai kasus itu menjadi pesan seakan para teroris ingin menantang Polri. Dengan adanya kasus ini, kata Neta, Polri harus meningkatkan kewaspadaan, kepekaan dan profesionalismenya.

”Segera bongkar siapa sesungguhnya yang menjadi otak penyerangan beruntun terhadap polisi akhir-akhir ini,” tandas Neta.

Di bagian lain, masyarakat dan aparat hukum di Jawa Barat mesti lebih waspada. Anggota ISIS disebut-sebut telah menyebar di provinsi ini dan siap beraksi dengan menyaru sebagai Jamaah Anshar Daulah (JAD). Hal itu diungkapkan mantan pelaku teror, Eko Ibrahim, kepada Radar Bogor, tadi malam (30/6).

“Saya mengutuk keras aksi teror ini. Semakin tidak terkontrol saja pemikirian mereka. Asal menghancurkan saja. Merusak, tidak ada pola pikir ibadah. Pola jihad mereka tidak jelas,” ungkapnya kepada pewarta.

Pria yang pernah memasok senjata untuk pelaku teror ini menyebut banyak pengikut ISIS di Jawa Barat. Eko yang kini menekuni usaha ternak ikan mengaku pernah mengenal para pelaku teror yang terjadi baru- baru ini. Kata dia, pelaku masih terjaring nama dari komplotan teror Cirebon. “Mereka pernah satu lapas (penjara, red) dengan saya,” ucapnya.

Eko menambahkan, tindak dan perilaku kelompok ini sangat berbahaya. Mereka menghabisi siapa pun yang dinilainya sebagai thogut (berhala). Terakhir komunikasi, kelompok ini sempat membujuknya membuatkan senjata rakitan. “Mereka bilang, antum itu bisa masuk surga bantu kita,” ucapnya menirukan. Namun, Eko menolaknya. Bahkan saat dalam penjara, kelompok ini yang merawat istri dan anaknya. “Anak saya juga sempat akan direkrut di pesantren Ibnu Mas’ud, saya menolak,” cetusnya.

Saat ini, kata dia, kelompok JAD sedang berusaha mempersenjatai diri. Sebab, kata Eko, mereka sulit mendapat senjata. Sehingga penyerangan terpaksa dilakukan dengan senjata tajam. “Mereka itu susah dapat senjata. Kelemahan mereka, ya, satu itu. Mereka lemah karena tidak memiliki perlengkapan senjata. Mereka berniat merampas sejata,” tandasnya.(don/jpg/d)