25 radar bogor

Enam Kecelakaan di Tol Fungsional

MENINGKAT: Pemudik yang melewati tol Cipali mengalami lonjakan yang cukup signifikan, Rabu (21/6). Di pintu exit Palimanan, kendaraan mengalami kemacaten hingga 3 km

JAKARTA–Jalan tol fungsional yang diopera­sionalkan untuk membantu melancarkan arus mudik mulai memakan korban. Setidaknya terjadi enam kecelakaan selama beberapa hari arus mudik. Korlantas Polri memastikan penyebab sebagian besar kecelakaan itu adalah pengemudi yang tidak patuh batasan kecepatan kendaraan 40 km per jam.

Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Korlantas Polri Kom­bespol Benyamin menjelas­kan, enam kecelakaan itu memang terjadi dalam beberapa hari ini. Kecelakaan yang paling baru adalah mobil Freed yang masuk ke sebuah sungai di tol fungsional. ”Kecelakaan itu telah dianalisa,” ujarnya.

Sebagian besar pengemudi kendaraan ternyata ngebut dengan kecepatan lebih dari 60 km per jam. Kondisi jalan tol fungsional yang lumayan lengang ternyata membuat pengemudi memilih untuk tancap gas. ”Padahal, kondisi jalan tol fungsional itu bergelombang,” terangnya.

Satu di antara kecelakaan itu diketahui akibat pengemudi yang kecapekan dan mengantuk. Pasalnya, kecelakaan terjadi di kilometer akhir. ”Ini prediksi sementaranya,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Radar Bogor) kemarin malam.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kembali, maka pengemudi yang akan melewati jalan tol fungsional diharapkan mematuhi batas kecepatan 40 km per jam. ”Jangan terlalu ngebut, itu satu-satunya cara,” jelasnya.

Apakah debu memengaruhi kondisi berkemudi? Dia mengatakan bahwa memang pada beberapa titik tol fungsional debu cukup tebal. Namun, bila pengemudi tidak ngebut, tentunya debu itu bukanlah masalah. ”Tidak masalah, debunya tidak begitu tebal,” ujarnya.
Terkait kondisi arus mudik, dia mengatakan bahwa kondisi paling parah terjadi di tol Palimanan. Kemacetan sekitar 4 km hingga 6 km. Kondisi itu terjadi di pintu keluar tol. ”Tidak 12 km seperti yang dikabarkan, ya,” ungkapnya.

Kemacetan itu terjadi karena pengemudi antre untuk keluar tol. Namun, kata dia, bukan kemacetan parah, kendaraan tetap bergerak. ”Bukan macet total, kami juga upayakan percepatan agar macet tidak semakin panjang,” jelasnya.

Sementara itu, Kakorlantas Polri Irjen Royke Lumowa menuturkan, terkait tol fungsional sebenarnya yang mengkha­watirkan adalah saat terjadi hujan. Pasalnya, pembatasan jalannya belum ada. ”Sehingga akan tidak terlihat bila ada hujan,” jelasnya.
Apalagi, beberapa bagian jalan masih bergelombang, sehingga akan ada genangan air yang membuat pengemudi tidak melihat adanya gelombang di jalan tersebut. ”Ya, semoga tidak hujan di jalan tol fungsional,” ujarnya.

Terkait kondisi jalan fungsional tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memastikan seluruh jalan darurat akan ditutup pada malam hari. Seperti di ruas Kaligangsa (Brebes)-Gringsing (Weleri). Jalan akan ditutup mulai pukul 18.00 WIB dan dibuka kembali pada pukul 06.00 WIB.

“Keputusan ini merupakan hasil pengamatan langsung karena memang jalan masih berdebu, bergelombang, tidak ada pagar dan minim penerangan di malam hari,” ungkapnya.

Kendati ditutup pada malam hari, perangkat pendukung seperti rest area, suplai BBM, hingga keamanan akan tetap disiagakan. Sebab, ada kemungkinan jalur dibuka saat kondisi darurat.

Hingga H-4 Lebaran,  kepadatan di ruas jalan tol memang masih belum begitu besar. Sama seperti sebelumnya pada  H-5, baru 108 kendaraan yang meninggalkan Jakarta melalui Gerbang Tol Cikarang Utama. Jumlah ini memang meningkat hingga 43 persen dibanding lalu lintas harian rata-rata normal sebanyak 76 ribu kendaraan. Namun, menurun bila dibandingkan dengan H-5 pada tahun lalu.

“Karena H-5 2016 itu merupakan puncak arus mudik, dimana total mencapai 118 ribu kendaraan. Tahun ini memang turun, karena H-5 belum jadi puncak arus mudik,” ujar Corporate Communication PT Jasa Marga Dwimawan Heru Santoso.

Arus lalu lintas dalam tol pun belum menunjukkan kepadatan. Dari laporan NTMC Polri, kepadatan hanya tampak di titik-titik tertentu seperti gerbang tol. Selama ini, gerbang tol memang masih jadi hambatan utama kelancaran arus lalu lintas. Selain disebabkan volume kendaraan yang membeludak, adanya gardu tol dengan pembayaran tunai jadi salah satu penyebab utama.

Sementara itu, dari posko mudik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dilaporkan mulai tampak adanya pergerakan kendaraan roda dua ke arah timur. Petugas Senkom Mitra Polri Hani Agus Gunawan menuturkan, kepadatan akibat kenaikan volume kendaraan roda dua tampak di jalur nasional/ non tol Palimanan, Cirebon sampai Terminal Harjamukti, Cirebon.

Kepadatan didominasi roda dua. Peningkatan terjadi menjelang sore. Diperkirakan, sampai malam ini masih akan meningkat.(idr/mia/jun)