25 radar bogor

Pemudik Mulai Tinggalkan Bogor

Nelvi/Radar Bogor SEMRINGAH: Wajah-wajah semringah para pemudik di Stasiun Paledang Bogor, menunggu keberangkatan Kereta Api Pangrango menuju Sukabumi, siang kemarin (18/6).

BOGOR–Ribuan pemudik mulai me­ninggalkan Bogor sejak akhir pe­kan kemarin. Diprediksi hampir dua juta lebih warga kota dan ka­bupaten yang mudik melalui dua titik pusat keberangkatan, yakni Sta­siun Besar Bogor dan Terminal Baranangsiang. Sedari pagi kemarin (18/6), kedua lokasi ini dipadati para calon penumpang.

Ditemui di Terminal Baranang­siang, salah seorang pemudik, Sulis (37) bersama anak dan suaminya, mengaku sengaja berangkat sebe­lum puncak arus mudik.

Alasannya tak lain untuk menghindari macet di jalan. Beruntung, suaminya seorang wirausaha sehingga tak perlu susah payah mengurus izin cuti.

“Sengaja biar tidak macet. Yang lain kan belum mulai libur, jadi, memang belum terlalu padat di jalan,” akunya kepada Radar Bogor.

Dia menuturkan, pulang kampung menggunakan bus adalah alternatif terakhir. Sejak awal, dirinya berniat mudik menggunakan kereta api. Namun, rupanya, untuk berburu tiket kereta api bukan hal yang mudah. “Susah pesan tiketnya kalau kereta, ini jadinya naik bus. Baru pesan tadi ini tiketnya, harganya Rp230 ribu per orang,” tuturnya. Jika perjalanan menuju kampung halamannya di Wonosobo lancar, akan menghabiskan waktu sekitar 12 jam. Berbeda jika berangkat saat puncak arus mudik yang bisa memakan waktu sampai dua hari. “Tahun lalu, saudara saya mudik H-4, macetnya sampai dua hari,” kata Sulis.

Pemudik lainnya, Karsino (47) mengaku berangkat lebih awal agar bisa terlebih dulu mempersiapkan segala sesuatunya di kampung halaman. Malah, ia sudah lebih dulu memulangkan anggota keluarganya ke Jepara, agar ongkos yang dikeluarkan tidak terlalu mahal.

“Musim mudik, tarif bus naik. Ini saja ke Jepara harganya Rp480 ribu, kalau besok, naik lagi, katanya Rp500 ribuan. Padahal kalau hari biasa paling Rp215 ribu,” keluhnya.

Sementara itu, sejumlah pemudik juga mulai memadati agen-agen bus angkutan lebaran. Di sepanjang Jalan Raya Cibinong, terlihat ratusan pemudik bersiap menunggu bus berbagai jurusan di dalam dan luar Pulau Jawa.

Pengurus Agen Bus MGI Citeureup mengatakan, untuk pemudik jurusan Bandung dan Cimahi masih berjalan normal. Biasanya kenaikan jumlah pemudik terjadi pada hari pertama Lebaran dan kedua. “Sekarang masih normal. Nanti satu hari setelah Lebaran baru terlihat padat,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Ia melanjutkan, untuk hari biasa penumpang hanya berkisar sekitar 600 orang. Namun setelah Lebaran, pemudik bisa mencapai hingga 2.000 orang dalam waktu satu hari. “Sekarang ongkos sudah naik menjadi Rp80 ribu dari harga normalnya Rp65 ribu,” tuturnya.

Ia menambahkan, jika musim mudik armada yang disiapkan sekitar 21 armada untuk penumpang yang melonjak. Keberangkatan dimulai sejak pukul 05.30 WIB dan terakhir 18.30 WIB. Biasanya keberangkatan setiap 45 menit sekali. Bahkan jika Lebaran bisa lebih cepat tidak mengikuti jam keberangkatan.

“Kita harus komunikasi juga dengan agen yang ada di Terminal Cibinong, kalau di terminal sudah ada 40 orang, di sini ada 10 maka akan langsung diberangkatkan,” tukasnya.
Sementara di agen Bus Susi yang menyediakan PO Nusantara, Garuda Mas, Haryanto, Laju Prima, Bejeu, Arya Prima, Medali Mas, Lorena, Bayu Megan, Jaya dan GMS, terlihat puluhan penumpang mulai membeli tiket dan ada pula yang menunggu kedatangan bus.

Salah seorang pemudik, Heri (58) warga yang tinggal di Pakansari, mengatakan hendak pulang ke kampung halamannya di Malang bersama istri dan dua teman kerjanya. Ia mengaku membeli tiket mudik sejak dua minggu yang lalu. “Sengaja saya beli jauh-jauh hari karena khawatir tidak dapat tiket,” katanya.

Meski telah lama membeli tiket, tetapi untuk harga tiket mengikuti tarif yang terbaru. Ia mengatakan, tarif untuk hari biasa Rp320 ribu. Namun, saat ini harganya sudah mencapai Rp470 ribu. “Harga segitu masih murah. Kalau sudah Lebaran harga tiket bisa mencapai Rp610 ribu untuk jurusan Malang,” terangnya.
Heri mengaku memilih angkutan bus karena lebih dekat dari tempat tinggalnya. Jika naik angkutan lain seperti kereta, Heri tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusnya. “Lagi pula kalau menurut saya naik bus lebih mudah meski harganya mahal,” akunya.

Di tempat lain, penjual tiket bus Agen Tris Ruli (40) mengungkapkan pemudik sudah menunjukkan kenaikan meski belum signifikan. Katanya, kenaikan pemudik bertahap, apalagi saat ini masih satu minggu menjelang hari raya. “Kami di sini menyediakan banyak bus dengan jurusan yang berbeda. Paling banyak pemudik yang akan pulang kampung ke Jogja, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” imbuhnya.

Tarif tiket untuk hari biasa mencapai Rp200 ribu, tetapi saat ini sudah mencapai Rp300 ribu hingga Rp400 ribu. “Kurang lebih kenaikan tarif hampir 100 persen dan itu yang mengatur perusahaan. Kalau saya hanya menjual tiketnya,” tukasnya.

Di bagian lain, sepekan jelang Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah, tiket kereta api Pangrango tujuan Sukabumi-Bogor ludes. Bahkan, sejak 18–29 Juni mendatang tiket habis dipesan calon penumpang yang berangkat dari Stasiun Bogor menuju Sukabumi.

Kepala Stasiun Bogor, Moedji mengatakan, rangkaian kereta api Pangrango, terdiri atas empat kelas ekonomi, satu kelas eksekutif, dan satu rangkaian yang untuk restoran. “Empat kelas ekonomi mampu menam­pung 408 penumpang, sementara kelas eksekutif 50 kursi,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Para calon penumpang kereta Sukabumi-Bogor, kata Moedji, sepertinya gabungan antara penumpang biasa dan pemudik. Dia memprediksi puncak kepadatan penumpang terjadi 23 Juni mendatang.

Moedji menambahkan, antisipasi membeludaknya penumpang, pihaknya telah menambah personel keamanan dari internal, juga akan ada tambahan dari eksternal. “Sejak 15 Juni sudah ada posko internal,” imbuhnya.

Pantauan Radar Bogor, kemarin (18/6), arus mudik belum terpantau padat, khususnya di Stasiun Bogor. Stasiun masih dipadati mereka yang berangkat kerja ke Jakarta, dengan jumlah penumpang mencapai 100 ribu per harinya. Sementara di akhir pekan justru menurun di angka 90 ribu penumpang.

“Stasiun Bogor dijadikan transit bisa juga, cuma memang tidak terpantau secara jelas, aktivitasnya jarang yang terlihat bawa tas besar,” tuturnya.
Namun, sambung dia, berbeda dengan Stasiun Paledang yang mendapat perlakuan khusus. Sebab, tujuan keretanya pun berbeda, yakni khusus ke Sukabumi.(rp1/rp2/wil/d)