25 radar bogor

Wasiat Terakhir yang Bikin Perpecahan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berbicara di hadapan anggota parlemen (Reuters)

SINGAPURA–Perpecahan ke­luarga Perdana Menteri Singapura terus ­melebar. Pangkalnya adalah su­rat wasiat ayah mereka, bapak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew. Tepatnya wasiat mengenai warisan rumah besar di Jalan Oxley No 38 Singapura. Di rumah itulah Lee Kuan Yew tinggal sejak tahun 1945 sampai meninggal dunia tinggal 5 Maret 2015.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sangat marah atas pernyataan terbuka kedua adiknya yang mengatakan kedua­nya tidak akan mau tinggal di Singapura lagi. Mereka  akan pindah ke negara lain.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong ganti memberikan penjela­san terbuka yang sangat panjang. Sampai 46 pasal. Isinya men­ceritakan secara kronologis lahirnya surat wasiat ayahanda mereka.

Surat wasiat Lee Kuan Yew tersebut ternyata berubah sampai enam kali. Ini karena Lee Kuan Yew ternyata berumur sangat panjang sehingga dia terus menyempurnakan surat wasiatnya. Lee Kuan Yew meninggal di usia 91 tahun.

Wasiat pertama ditulis Lee Kuan Yew tanggal 20 Agustus 2011, setahun setelah isteri tercintanya Kwo Geok Choo meninggal dunia. Saat itu Lee Kuan Yew masih menjabat Menteri Mentor dalam kabinet yang dipimpin anak sulungnya.

Isi surat wasiat tersebut sangat pribadi. Tapi salah satunya kini menjadi pengetahuan publik lantaran perpecahan di antara tiga bersaudara ini. Yakni wasiat mengenai rumah di Jalan Oxley 38 yang dikenal sebagai rumah perdana menteri Lee Kuan Yew.

Luas pekarangan rumah tersebut sekitar 5000 m2 di jalan yang tidak jauh dari pusat kota Orchard Road. Nama Jalan Oxley itu sendiri diambil dari nama asli pemilik perkebunan yang dulu broke in di situ, Thomas Oxley, orang Inggris. Oxley kemudian menjualnya ke orang Yahudi. Pembeli itulah yang membangun rumah di situ dilengkapi dengan sinagog, rumah ibadah Yahudi.

Lee Kuan Yew menempati rumah tersebut di tahun 1945 ketika umurnya 22 tahun. Di situlah dia mendirikan partai PAP yang sudah berkuasa di Singapura selama lebih 60 tahun sampai hari ini.

Lee sendiri menjadi Perdana Menteri Singapura selama 31 tahun. Lalu jadi Menteri Senior selama 14 tahun dan Menteri Mentor selama 7 tahun. Total, Lee Kuan Yew berkuasa selama 56 tahun. Selama itu pula Lee Kuan Yew tinggal di Oxley 38.

Perpecahan keluarga ini terjadi saat anak wanita Lee Kuan Yew, Lee Wei Ling, akan melaksanakan isi surat wasiat ayahnya: mem­bongkar total rumah tersebut.
Di surat wasiat pertama memang disebutkan bahwa sang ayah menghendaki agar segera sepeninggalkan dia rumah tersebut diratakan dengan tanah. Sepanjang anak perempuannya yang tidak mau menikah itu tidak mau lagi tinggal di situ. Si anak perempuan memang tinggal bersama orang tuanya sampai kedua orang tuanya meninggal dunia.

Si anak sulung yang sekarang jadi Perdana Menteri tidak setuju. Wasiat pembongkaran itu sudah dicabut pada wasiat yang kelima. Tapi si adik bisa membuktikan bahwa klausul pembongkaran tersebut masuk lagi di wasiat yang keenam, alias wasiat terakhir tahun 2013.

Saudara sulung ini tidak terang-terangan menolak pembongkaran. Dia hanya menegaskan bahwa yang berniat membongkar itu harus membeli tanah tersebut dengan harga komersial ditambah kenaikan sebesar 50 pct untuk sumbangan sosial. Sang adik menganggap aturan itu sebagai akal-akalan sang kakak sulung.

Dengan cara menyalahgunakan kekuasaan. “Kalau kepada saudara sendiri saja berlaku seperti ini bagaimana kepada rakyat,” tulis sang adik.

Yang lebih menyakitkan sang adik adalah tuduhan bahwa istri saudara laki-lakinyalah yang berusaha memasukkan kembali pasal pembongkaran yang sudah dicabut itu ke dalam wasiat terakhir.

Tuduhan ini semakin memperuncing perpecahan keluarga paling terhormat di Singapura ini.(*)