25 radar bogor

IVA, Pilihan Lain deteksi kangker serviks

Kanker serviks menjadi penyebab kematian perempuan nomor dua di dunia setelah penyakit jantung koroner. Setiap dua menit, satu perempuan meninggal karena kanker ini. Di negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks jadi salah satu penyebab utama kematian.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, drg Firry mengatakan, hasil penelitian Dinkes pada 2016 menunjukkan, dari 17.295 wanita yang menjalani skrining kanker serviks ditemukan 23 orang suspect kanker serviks.

“Dari 23 orang tersebut, setelah diperiksa ulang yang positif hanya 16 orang, dan langsung dilakukan tindakan cryotherapy di puskesmas sebanyak 9 orang, sementara sisanya langsung dirujuk ke rumah sakit,” terangnya.

Data itu tidak berbeda jauh dengan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, di mana insiden suspect kanker leher rahim adalah 1,3 per 1.000 penduduk.

Karenanya, upaya deteksi dini pun dilakukan dinkes melalui sosialisasi pap smear maupun Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). “Sebenarnya di luar sana masih banyak kasus kanker serviks. Meskipun angkanya kecil, tingkat kematian kanker serviks tinggi,” jelasnya lagi.

Selama ini, sosialisasi prosedur pap smear memang lebih banyak dikenal kalangan luas karena banyak rumah sakit swasta yang menye­diakan layanan pap smear. Sedangkan inspeksi IVA, kurang diminati karena prosedurnya kurang dikenal.

Padahal, metode IVA ini mudah, murah, dan memiliki keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi atau luka prakanker hingga 90 persen. Metode IVA ini dilakukan dengan cara inspeksi visual pada serviks yang diberi asam asetat atau dikenal dengan asam cuka. Setelah dilihat posisinya, leher rahim dipulas dengan asam asetat kadar 3-5  persen, selama 1 menit.

Proses ini tidak menya­kitkan. Hasilnya langsung diketahui saat itu juga, antara normal (negatif), atau positif (ada lesi prakanker). Jika ada kelainan, plak putih akan muncul pada serviks. Plak putih ini yang harus diwas­padai sebagai luka prakanker.

Metode IVA ini sudah dikenalkan sejak 1925 oleh Hans Hinselman dari Jerman, tetapi baru diterapkan pada 2005. Biaya mendeteksi kanker serviks dengan metode IVA ini juga terjangkau. Deteksi dini ini tidak harus dilakukan oleh dokter, tetapi tenaga terlatih seperti bidan di puskesmas.(wil/c)