25 radar bogor

PPDB Online Berantakan

Suasana PPDB Online di Bogor tahun lalu.

BOGOR–Para orang tua dan calon peserta didik baru tingkat SMA/SMK, dibuat panik di hari pertama pen­daftaran peserta didik baru (PPDB) secara daring (online).  Laman resmi pendaftaran di ppdb.disdik.jabarprov.go.id dan ppdb.jabarprov.go.id, sepanjang hari tak bisa diakses. Sementara malam tadi, website resmi ppdb.jabar.go.id menampilkan keterangan pendaftaran nonakademik telah ditutup.

Belasan kali Usep Saripudin (49) mondar-mandir keluar-masuk warung internet (warnet) untuk mendaftarkan putranya masuk SMA. Sedari pagi hingga azan Maghrib berkumandang, website milik Pemprov Jabar itu tak dapat diakses. “Susah banget masuknya. Gagal terus,” tuturnya, ditemui Radar Bogor di sebuah warnet, tak jauh dari lokasi SMA Negeri 2 Kota Bogor, kemarin (6/6).

Usep tak datang sendiri. Ratusan orang tua juga tampak memadati halaman SMA Negeri 2. Dengan raut wajah panik dan bercucur keringat, ia berusaha meminta menanyakan kondisi ini kepada pihak sekolah. Usep mengaku tak mendapat informasi detail tentang tata cara pendaftaran secara daring ini.

“Di sekolah baru kami disarankan untuk daftar online, tapi gak bisa diakses,” ujarnya.

Kesulitan yang dialaminya, saat mengunggah nomor induk siswa nasional (NISN). Sebab, ada beberapa angka yang tidak valid. Tak hanya itu, beberapa dokumen pun harus dicetak, dibubuhi materai, lalu dipindai dan diunggah ke laman tersebut. “Kami harus print dulu, lalu upload surat, akta lahir, KK, dan surat pernyataan orang tua. Kemudian tanda tangan materai dan di-scan,” bebernya.

Usep adalah satu dari sekian banyak wali murid yang merasakan kacaunya hari pertama pendaftaran PPDB online tingkat SMA/SMK kemarin. Pantauan Radar Bogor, sejumlah orang tua beserta anaknya memadati hampir semua SMA/SMK negeri di Bogor. Itu lantaran server PPDB online belum sempurna dan tidak bisa diakses hingga sore hari.

Ketua MKKS SMA Kota Bogor Sri Eningsih membenarkan kondisi itu. Dia menjelaskan, sejak pukul 06.00, para petugas disiapkan di masing-masing sekolah untuk membantu para orang tua mendaftar di laman ppdb.disdik.jabarprov.go.id ataupun ppdb.jabarprov.go.id. “Hanya saja, peserta tidak bisa mencetak bukti pendaftaran, jadi, tidak bisa di-klik ketika mau mencetak,” kata perempuan yang akrab disapa Ening itu kepada Radar Bogor.

Keadaan tersebut berlangsung hingga pukul 10.00. Parahnya, laman resmi milik Provinsi Jawa Barat tersebut tak bisa diakses sejak pukul 10.00 hingga sore kemarin. “Ya, mungkin belum sempurna, makanya seperti ini,” tambah Ening.

Akibat kondisi ini, sepanjang hari kemarin hanya ada dua calon peserta didik SMA yang sukses mencetak bukti pendaftaran mereka. Namun tetap saja, formulir pendaftaran yang tercetak tidak sesuai dengan lokasi yang mereka pilih dalam laman web.

“Satu anak memilih SMAN 2 Kota Bogor, hasil cetaknya SMA di Palembang. Satu lagi juga begitu. Sehingga, mereka harus kembali memperbaiki dan mencetak ulang,” beber Ening.

Jika laman web tak juga bisa diakses, hari ini MKKS akan membuka pendaftaran manual khusus SMA, dengan aplikasi sekolah masing-masing. “Sama seperti yang dilakukan SMK, secara manual oleh sekolah tujuan masing-masing. Jadi, rencana kami juga akan manual, besok (hari ini, red), kalau webnya masih tidak bisa dibuka,” tegas Ening.

Meski begitu, Ening mengimbau masyarakat tidak panik dan mempersiapkan berkas serta syarat pendaftaran, sembari terus mencoba membuka laman web yang bisa diakses selama 24 jam tersebut.

Kekacauan pendaftaran di hari pertama juga terjadi di Kabupaten Bogor. Salah seorang orang tua siswa, Yunari (45) mengaku, beberapa kali tidak dapat mengakses sistem pendaftaran daring. Website yang dituju tidak dapat dibuka.

“Saya sempat buka link-nya (PPDB online) tapi offline, beberapa kali sampai siang juga masih begitu. Makanya saya datang ke sini,” ujar ibunda siswa bernama Rehan Imantaka itu, ditemui wartawan di SMK Negeri 1 Cibinong, kemarin.

Yunari datang jauh-jauh datang dari Kecamatan Kemang untuk menanyakan informasi terkait proses pendaftaran siswa ajaran tahun baru. “Kebetulan anak saya prestasinya renang, ya, saya usahakan untuk coba masuk di sini,” tutur perempuan yang juga mengajar di SMP tersebut.

Di bagian lain, Kepala SMAN 1 Sukajaya, Sopian, mengeluhkan minimnya jaringan internet yang membuat calon peserta didik kesulitan mendaftar. “Kami di sini masih menggunakan modem biasa, belum menggunakan internet yang terhubung dengan telepon. Sehingga sinyalnya tergantung cuaca yang sedang terjadi, kadang bagus, kadang juga tidak,” ujarnya.

Selain jaringan, lanjutnya, kendala yang lebih terasa lagi adalah masyarakatnya itu sendiri. Sebab, kultur di Sukajaya, diakuinya tidak sama dengan di kota. Di wilayahnya masih banyak masyarakat yang belum terlalu paham betul dengan teknologi internet.

“Beda kalau di kota, mungkin orang tua bisa mendaftarkan anaknya cukup diam di rumah karena sistem PPDB online ini stand by selama 24 jam. Sedangkan di sini masyarakatnya belum semua paham terkait sistem online ini,” terangnya.

Oleh karena itu, tambahnya, pihak sekolah mencoba mencari solusi agar masyarakat yang masih belum paham tetap bisa mendaftarkan putra-putrinya. Caranya dengan memfasilitasi mereka saat pendaftaran di sekolah.

Dia khawatir, sekolah tidak memiliki banyak murid hanya karena calon siswa dan orang tuanya tidak mengerti dan kesulitan dengan cara mendaftarkan diri secara online. “Pihak SMP juga harus ikut menyosialisasikan terkait PPDB online ini. Agar siswa yang lulus akan semakin paham bagaimana cara mendaftarkan sekolah secara online,” pungkasnya.

Dalam pantauan yang dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa Barat, baik orang tua calon peserta didik, maupun pihak sekolah yang dituju, mengaku belum mengerti sepenuhnya dengan sistem yang baru. Apalagi saat akan diakses, ternyata pendaftaran nonakademik telah ditutup.

“Jadwal saja mereka belum tahu. Nah, ketika akan mendaftar langsung ke sekolah yang dituju, sekolah juga tidak tahu caranya. Begitu dicoba daftar online, ternyata sudah ditutup,” kata Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat Noor Adhe Purnama kepada pewarta.(ran/ded/rp2/don/d)