25 radar bogor

24 BCR IPB Diseleksi

 

BOGOR–Pemilihan Rektor IPB periode 2017–2022 memasuki tahap seleksi administrasi bakal calon rektor (BCR). Panitia pemilihan rektor IPB sudah menerima 24 nama BCR yang diusung masing-masing unit kerja.

Informasi yang dihimpun Radar Bogor, 24 nama berasal 13 dari unit kerja. Di antaranya Fakultas Kehu­ta­nan yang mengajukan tiga nama yakni Prof Iskandar Z Siregar, Dr Rinekso Soekmadi, dan Prof M Yusran Massijaya. Pada Fakultas Pertanian ada tiga nama yang didaftarkan, yakni Dr Agus Purwito, Prof Damayanti Bukhori, dan Prof Kukuh Murtilaksono.

Sementara Himpunan Alumni (HA) IPB mengajukan Dr Bayu Krisnamurthi, Dr Rinekso Soek­madi, dan Prof Wiku Adisasmito. Ketiganya terpilih pada konvensi BCR jalur HA IPB beberapa waktu lalu. BCR Dr Bayu Krisnamurthi juga didaftarkan oleh Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Begitu pula dengan Dr Rinekso Soekmadi yang namanya diajukan Fakultas Kehutanan dan Unit Adminis­trasi Rektorat.

Kemudian, pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mengajukan Prof M Zairin Junior, Prof Ari Purbayanto, dan Prof Yonny Koesmaryono (selengkapnya lihat grafis).

Dari pendaftaran tersebut Prof Yonny Koesmaryono menjadi kandidat yang paling banyak mendapatkan dukungan. Terdapat lima unit kerja IPB yang mencalonkan namanya, yakni Unit Administrasi Rektorat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, FMIPA, Program Diploma, dan Sekolah Bisnis.

Selain Prof Yoni, Dr Arif Satria juga didaftarkan empat unit kerja, yakni Unit Administrasi Rektorat, Fakultas Ekologi Manusia, Program Diploma, dan Sekolah Bisnis. Begitu pula Dr Rinekso Soekmadi yang diusung Fakultas Kehutanan, Unit Administrasi Rektorat, dan Himpunan Alumni.

Humas Panitia Pemilihan Rektor (PPR) IPB, Prof M Firdaus mengatakan, meski didaftarkan lebih dari satu unit kerja, itu tidak akan berpengaruh dalam proses penilaian.

“Senat akademik (SA) tidak akan menggunakan poin terse­but sebagai bahan penilaian. Jadi, tidak bisa dibandingkan. Contoh, diploma sedikit sekali dosennya, yang PNS hanya 15 orang, jadi dianggap tidak setara,” kata Firdaus kepada Radar Bogor, kemarin (4/6).

Lebih lanjut Firdaus mengata­kan, berbeda dengan dulu pe­milihan rektor yang sifatnya Pe­milihan Raya, kini hanya SA yang betul-betul menilai dari kemam­puan, apakah memang layak men­jadi Rektor IPB, bukan sebe­rapa populernya orang tersebut.

“Sekarang sedang dalam tahapan melengkapi ad­ministrasi sampai 20 Juli mendatang. Jika sampai tanggal tersebut belum meleng­kapinya, maka BCR dianggap mengun­durkan diri. Setelah tanggal 20 Juli baru keta­huan jumlah pastinya, berapa yang akan diseleksi SA,” jelasnya.

Firdaus menegaskan, dalam hal ini PPR tidak memiliki hak untuk menilai isi konten, melainkan hanya sekadar kelengkapan administrasi. Selanjutnya dari 24 nama akan dikerucutkan menjadi enam calon bakal rektor.

“SA yang memegang peranan penting dengan item penilaian yang sudah ditetapkan. SA akan bekerja sampai Oktober hingga muncul tiga nama yang menjadi calon rektor,” bebernya.
Sementara itu, salah satu BCR, Wiku mengaku siap ditagih kemajuan IPB. “Saya akan melakukan resource mobilization untuk menangani masalah penyakit zoonotic dengan memperkuat Fakultas Kesehatan di regional dan dunia,” tukasnya.

Kandidat lainnya, Rinekso Soekmadi mengaku berterima kasih karena menjadi calon yang diusulkan oleh tiga unit kerja yaitu Fahutan, Rektorat, dan Himpunan Alumni IPB. Menurutnya, hal itu sebagai indikasi “keberterimaan” (acceptance) dirinya oleh unit-unit kerja tersebut.

“Khusus untuk pengusulan dari HA, ada kebanggaan tersendiri karena telah melalui uji kompetensi dan konvensi di hadapan panelis dengan bereputasi,” jelasnya.
Rinekso menegaskan, terdapat 24 BCR yang diusulkan dari 13 unit kerja dan sebagian adalah guru besar IPB. Namun, dia memandangnya bukan sebagai persaingan intelektual, melainkan IPB yang sedang mencari pemimpin yang handal untuk lebih memajukan kampus.

“IPB ke depan harus bisa menjawab permasalahan dan tantangan pertanian dan pendidikan tinggi pertanian. Jadi, tidak masalah jika pun saya disandingkan dengan guru besar. IPB sedang mencari pemimpin dan manajer yang andal, bukan mencari dosen teladan. Tentu bobot kriteria penilaiannya juga berbeda,” jelasnya,
Visi yang diusungnya, IPB mendunia dalam IPTEK pertanian tropika dan bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa dan kemakmuran negara. IPB sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri berbasis pertanian di Indonesia harus menjadi rujukan nasional maupun dunia, terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian tropika.

“IPB harus menjadi tempat bertanya dan solusi bagi siapapun yang memerlukan pemahaman, pembimbingan maupun pendampingan terkait pertanian arti luas. IPB tak boleh menjadi “menara gading”, melainkan harus mampu “membumikan” hasil penelitian dan inovasi IPB guna membantu pembangunan pertanian yang menjadi tumpuan utama kehidupan bangsa Indonesia,” cetusnya.

Selain itu, imbuhnya, IPB harus eksis oleh publikasi pada jurnal bereputasi, juga dirasakan oleh petani, masyarakat luas dan pemerintah. Tidak terkecuali Kabupaten dan Kota Bogor tempat IPB berada.

“Ada tiga misi penting. IPB menjadi rujukan pertanian tropika, menguatkan jejaring kerjasama dalam dan luar negeri dalam kaitannya dengan pengembangan publikasi dan implementasi/penerapan hasil riset dan inovasi, serta mengembangkan “citra baru pertanian” agar lebih menarik minat generasi muda untuk cinta pertanian,” tandasnya.(wil/rah/c)