25 radar bogor

17 WNI Dievakuasi dari Marawi

EVAKUASI: Sebanyak 17 WNI yang terjebak di Marawi Filipina diterima konsul Jenderal RI untuk Davao, Berlian Napitupulu di Wisma KJRI Davao, Rabu (6/1). Kemenlu for RB

JAKARTA– Proses evakuasi 17 WNI yang terjebak di Marawi, Filipina Selatan, sukses. Kemarin sore (1/6) para WNI tersebut sudah berada di wisma KJRI Davao. Untuk selanjutnya, para WNI tersebut bakal dipulangkan ke tanah air dalam waktu dekat menyusul kondisi yang tidak stabil di Marawi.

Menlu Retno Marsudi menjelaskan, dua tim sudah bergerak masuk sejak pukul 06.00 waktu setempat. Tim itu menjemput 17 WNI yang berkumpul di dua kota sekitar Marawi. Masing-masing Marantao dan Sultan Naga Dimaporo. Dari jumlah tersebut, 16 orang merupakan WNI yang sedang berkunjung, sedangkan seorang lagi memang tinggal di Marawi dan meminta ikut dievakuasi.
Retno menuturkan, penjemputan dilakukan di dua lokasi karena posisi para WNI tersebut menyebar.

’’Kegiatan mereka berbeda dan berasal dari dua kelompok yang berbeda. Sejak awal, tempatnya juga berbeda,’’ ujarnya di Kemlu kemarin.

Dalam evakuasi itu, 11 orang dilarikan melalui Marantao. Sepuluh di antaranya berasal dari Jawa Barat, sementara seorang merupakan WNI yang tinggal di Marawi. Kemudian, enam sisanya dijemput di Sultan Naga Dimaporo. Mereka berasal dari Makassar.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, evakuasi terhadap WNI yang terjebak di Marawi sudah dilakukan oleh tim dari KJRI Davao. “Para WNI sudah tiba di Davao sore ini (kemarin),” kata Iqbal kemarin.

Iqbal menjelaskan, 16 WNI yang berkunjung ke kota-kota tersebut merupakan Jamaah Tabligh. Proses evakuasi berawal dari diterimanya informasi mengenai 16 WNI anggota Jamaah Tabligh dan satu WNI yang menetap di Marawi yang terjebak di tengah konflik.

Setelah memverifikasi status 17 WNI tersebut serta lokasi keberadaan mereka, Menlu memerintahkan agar KBRI Manila dan KJRI Davao melakukan upaya untuk mengevakuasi 17 WNI tersebut ke wilayah aman. Evakuasi sempat tertunda beberapa hari karena situasi keamanan yang dianggap belum kondusif.

Setibanya di Davao, para WNI diterima oleh Konsul Jenderal RI di Davao, Berlian Napitupulu. Dia sempat mengajak para WNI itu berbuka puasa bersama di wisma KJRI Davao. Seluruh WNI dipastikan dalam kondisi sehat ketika dievakuasi hingga tiba di KJRI.

Terkait dengan pemulangan, Iqbal menuturkan, hingga kini masih belum diputuskan kapan para WNI itu akan diterbangkan ke tanah air. Ada beberapa hal teknis yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum para WNI bisa dipulangkan. Mengenai empat WNI yang menjadi DPO polisi Filipina, Iqbal mengatakan, status empat WNI itu masih DPO pihak Filipina sampai tertangkap.

Sementara itu, berkaitan dengan tujuh WNI terduga teroris, belum ada perkembangan signifikan. Sampai kemarin, posisi maupun kondisi mereka belum teridentifikasi. ”Belum,” ungkap Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul. Meski identitas mereka sudah disebar ke seluruh jajaran polda, polres, dan polsek, polisi tidak lantas langsung melakukan pengejaran. Mereka masih mencari informasi lebih lanjut mengenai data yang dilaporkan oleh Philip­pine National Police (PLP).

Dari tujuh WNI yang identitasnya sudah diungkap ke publik, dua di antaranya terdata lahir di wilayah hukum Polda Jawa Barat. Namun demikian, sampai kemarin aparat Polda Jawa Barat belum bergerak untuk menindaklanjuti laporan dari kepolisian Filipina. ”Nggak ada pengejaran,” kata Kabidhumas Polda Jawa Barat Yusri Yunus. Menurut dia, pihaknya masih mendalami laporan tersebut. Mengingat tujuh WNI yang diduga bergabung dengan kelompok Maute tidak masuk dalam daftar terroris yang diburu.

Sementara itu, Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyatakan bahwa semua urusan berkaitan dengan teroris di wilayah hukum instansinya diserahkan kepada Mabes Polri. ”Semua yang ada hubungan dengan teroris Mabes Polri yang akan menanganinya,” jelasnya. Itu termasuk urusan tujuh WNI terduga teroris yang jadi buron PNP. Meski dua di antaranya berasal dari wilayah hukum Polda Metro Jaya. Sehingga mereka tidak bersentuhan secara langsung dengan urusan tersebut.

Meski belum ada keterangan resmi dari Polri, pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan bawah tujuh WNI yang identitasnya sudah dirilis oleh pihak kepolisian sudah terkonfirmasi merupakan bagian dari kelompok teroris. Empat WNI dengan foto yang sudah disebar, sambung dia, diduga kuat merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah Khilafah Nusantara (JADKN). ”Ada beberapa memang yang MIT (Mujahidin Indonesia Timur). Tapi, yang empat itu JADKN semua,” ungkapnya.

Mereka, sambung Al Chaidar, merupakan orang baru. Bukan wajah lama yang menjadi buruhan polisi. ”Nggak terduga sama sekali (ikut aksi teror),” imbuhya. Berdasar informasi yang berhasil dia himpun dari berbagai sumber, tujuh WNI tersebut masih berada di Filipina. Namun, belum ada informasi pasti mengenai posisi terakhir mereka. Demikian pula kondisi mereka. Apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia. Yang pasti, mereka berada di bawah Aman Abudrrahman sebagai pimpinan.(byu/and/syn)