25 radar bogor

Polri Siap Tambah Ribuan Personel

JAKARTA – Perhatian pemerintah terhadap konflik di Kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina tidak putus. Kementerian Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) terus berkomunikasi dengan kementerian dan lembaga terkait guna memastikan perbatasan Indonesia dengan Filipina aman. Menyusul penguatan prajurit oleh TNI AD, mereka memastikan bahwa wilayah perairan juga dijaga ketat TNI AL.

Menko Polhukam Wiranto menjelaskan, dirinya sudah berkomunikasi langsung dengan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian berkaitan dengan hal itu. ”Untuk dapat membendung adanya kemungkinan penerobosan ke Indonesia,” ungkap dia. Menurut dia, upaya tersebut perlu dilakukan lantaran ISIS berencana menjadikan Filipina Selatan sebagai basis mereka di Asia Tenggara.

Karena itu, Wiranto menyatakan bahwa pemerintah Indonesia mendukung penuh langkah yang diambil oleh Filipina. ”Kami dukung sepenuhnya pihak Filipina untuk segera melakukan satu serangan-serangan sistematis untuk memperkecil kemungkinan basis di Filipina Selatan itu terjadi,” terang dia.

Dukungan tersebut diberikan sambil memperkuat pertahanan di wilayah perbatasan. Khususnya yang berdekatan dengan Filipina Selatan.

Menurut Wiranto, upaya membendung pergerakan kelompok terafiliasi ISIS ke tanah air amat penting. Dia tidak ingin, mereka masuk Indonesia. ”Jangan sampai basis itu menjalar ke Indonesia,” kata dia tegas. Mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) itu tidak mengelak data ratusan WNI yang bertolak dari Indonesia ke Syria dan bergabung dengan ISIS.

Namun demikian, yang penting saat ini adalah upaya membendung gerakan mereka. Sehingga tidak masuk Indonesia. Wiranto menuturkan, konsep divergensi ideologi yang dilakukan oleh ISIS sudah tidak dapat dimungkiri. Saat ini keberadaannya sangat dekat dengan Indonesia. ”Sudah masuk ke Filipina Selatan,” imbuhnya. Karena itu, perlu penguatan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Filipina Selatan.

Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi pun menyampaikan hal serupa. Menurut dia, mengantisipasi kelompok terfailiasi ISIS masuk ke Indonesia tidak ubahnya menjaga kedaulatan di wilayah perbatasan. ”Tentunya itu ranah militer untuk tindakan awalnya,” kata dia. Karena itu, pengauatan pertahanan dengan menerjunkan prajurit TNI AD dan TNI AL sudah tepat.

Khairul menyatakan bahwa hal itu memang dibutuhkan. ”Pelayaran keluar masuk wilayah perairan perbatasan kita harus dipantau dengan sangat ketat,” ungkap dia. Prajurit yang bertugas harus waspada betul lantaran mereka bisa saja masuk Indonesia dengan menyamar. Misalnya, sebagai nelayan tradisional. Dia juga mengungkapkan, rencana kerja sama patroli perairan antara Indonesia dengan Malaysia dan Filipina harus cepat ditindaklanjuti.

Sebab, bukan tidak mungkin mereka masuk Indonesia melalui Malaysia. ”Akan percuma kita ketat sementara akses Malaysia longgar,” ungkap Khairul. Selain prajurit TNI, sambung dia, pemerintah juga perlu melibatkan Polri, KPLP, dan KKP untuk menambah tenaga. Dengan begitu, celah yang ada semakin rapat. Itu penting guna menekan potensi pergerakan kelompok tersebut.

Bekaiatan dengan kabar meninggalnya seorang WNI di Marawi, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) masih belum bisa memastikan. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan, pihaknya telah menerima informasi mengenai hal tersebut. Namun, masih belum dapat dikonfirmasi kebenarannya. Retno menjelaskan, dalam operasi tersebut ada beberapa WNA yang meninggal dunia.

Dengan informasi yang masih sangat minim dan terbatas, Retno masih belum bisa memastikan WNA yang meninggal merupakan WNI atau bukan. ”Saya mencoba untuk mengonfirmasikannya kepada otoritas setempat. Sampai sekarang belum mendapatkan konfirmasi mengenai yang satu itu,” terang Retno.(and/syn)