25 radar bogor

Pulangkan Sebelas WNI dari Marawi

EVAKUASI: Militer Filipina mengawal warga Marawi yang dievakuasi keluar daerah, musabab perang antara aparat militer dengan kelompok Maute yang berafiliasi ISIS.

JAKARTA-Sebelas WNI yang terjebak bentrok antara ke-lompok bersenjata dengan mi li ter Filipina di Kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina, dalam keadaan selamat.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sudah memastikan kondisi tersebut.
Sebelas WNI itu terdiri atas sepuluh anggota Jamaah Tabligh (JT). Sedangkan satu lainnya terdata sudah menikah dengan warga setempat dan telah menetap cukup lama di Marawi.

Berdasar data dari Kemenlu, sepuluh di antara sebelas WNI tersebut berasal dari Jawa Barat. Enam dari Bandung, dua dari Tasikmalaya, serta dua lainnya dari Bogor dan Karawang. Sedangkan satu WNI atas nama Wifiek Gunawan berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara.

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan Minggu (27/5), Juru Bicara Kemenlu Arramanatha Nasir menjelaskan, sepuluh anggota JT sedang melakukan tradisi yang disebut Khuruj. Yakni, meninggalkan rumah untuk ibadah dan dakwah di masjid selama 40 hari.

Dugaan keterkaitan mereka dengan Kelompok Maute yang berafiliasi ISIS juga belum sepenuhnya terbukti. Apa mereka terkait dengan kelompok lain kami belum mendapat informasi, kata Arramanatha.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao melakukan komunikasi terhadap Kepolisian Provinsi Lanao del Sur di Marawi untuk memberikan perlindungan terhadap sebelas WNI tersebut. Selain itu, KJRI Davao juga telah menyiapkan rencana evakuasi bagi mereka. Itu dilakukan jika situasi sudah memungkinkan.

Status darurat militer di Mindanao sekaligus menjadi peringatan. Bukan hanya bagi pemerintah Filipina, melainkan juga pemerintah Indonesia. Tidak heran, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto segera mengambil sikap setelah kembali dari kunjungan kerja ke Rusia. Dia menegaskan komitmen pemerintah bekerja sama dengan Australia dan negara tetangga dalam membendung pergerakan ISIS di Asia Tenggara.

Ketika dikonfimasi, Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul memastikan bahwa instansinya tengah berupaya membawa sebelas WNI dari Marawi pulang ke Indonesia. Masih dikoordinasikan dengan atase kepolisian Polri di Manila, jelasnya. Sesuai dengan data dari Kemenlu, sebelas WNI tersebut berasal dari beberapa kota. Di antaranya Bandung, Karawang, dan Tasikmalaya.

Sempat beredar kabar sebelas WNI tersebut turut serta membantu ISIS dalam serangan di Marawi. Namun, belum ada kepastian mengenai informasi tersebut. Meski demikian, penguatan prajurit TNI di wilayah perbatasan Indonesia\ Filipina tetap dilakukan. Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh memastikan hal itu. Sudah dilakukan oleh Pangdam XIII/ Merdeka, jelas dia.

Kodam XIII/Merdeka merupakan komando kewilayahan pertahanan di bawah TNI AD. Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Filipina termasuk dalam teritori wilayah kodam tersebut. Menurut Denny, aktivitas kelompok teroris terafiliasi ISIS di Marawi turut menjadi perhatian instansinya. Secara khusus Kodam XIII/Merdeka sudah mengantisipasi hal itu, terang dia.

Secara umum semua pangdam tetap melaksanakan pengawasan ketat di wilayah masing-masing, tambahnya.

Sebelumnya diberitakan bentrokan antara militer Filipina dengan kelompok militan di Kota Marawi, Filipina, disebut-sebut melibatkan sebelas warga negara Indonesia (WNI). Dari 11 orang yang dituding melakukan penyerangan, satu di antaranya, Yusup Burhanudin asal Bogor.

Kepala Seksi Lalulintas Keimigrasian (Lantaskim) pada Kantor Imigrasi Kelas II Bogor, Ujang Cahya mengatakan, pihaknya memang mengeluarkan paspor atas nama Yusup. Namun, menurut dia, jamaah asal Bogor atau sebelas lainnya tidak terlibat insiden tersebut. (syn/tau/don/c)