25 radar bogor

TAK KALAH UNIK KETIMBANG TAR

TUMPENG punya banyak makna filosofis yang lekat dengan adat Jawa. Entah tumpeng nasi kuning atau nasi putih, ada pakem yang disyaratkan untuk membawa kesejahteraan hidup damai. Tumpeng pun kerap digunakan sebagai penanda rasa syukur dan kebersamaan. Beberapa orang menganggap sah-sah saja memodifikasinya. Zaman terus berubah, makanan tradisional tak mau dong kalah dalam hal tampilan. Bukankah yang penting adalah kebersamaan dalam mengucap syukur. ”Pesanan tumpeng kebanyakan memang untuk acara syukuran, mulai peresmian kantor, ulang tahun, tunangan, atau ulang tahun pernikahan,” jelas Maria Felicia Iman Santoso. Bentuknya selalu sama, kerucut di tengah dengan diisi lauk di sekitarnya. Saat itu bisnis Dapur Cik Ratna yang dia kerjakan bersama sang mama sedang suam-suam kuku. Sepi sekali tidak, ramai sekali juga tidak. Banyak yang memuji tumpengnya enak. Namun, tetap saja pangsa itu, rasanya, hanya diminati pelanggan berumur.

Untuk perayaan anak-anak, remaja, atau orang dewasa muda, tumpeng kalah saing bila dibandingkan dengan tar aneka bentuk atau puding ukir. Kebetulan, saat menonton TV, Feli langsung dapat inspirasi. ”Waktu itu ada tayangan serba-serbi tumpeng nggak harus lancip. Tumpeng itu ternyata seperti kue. Ia jadi dasarnya, kita bisa menghias atasnya,” kenang gadis berusia 24 tahun tersebut. Menurut Feli, pasar sekarang suka hal-hal unik supaya bisa difoto-foto. Dia segera mendiskusikan hal itu dengan sang mama. Maklum, otak pemasaran memang ada di Feli. Tapi, sesuai dengan nama bisnisnya, yang empunya dapur adalah sang mama, Ratnawati Widjaja.

Gayung bersambut, sang mama menerima tantangan itu. Sang mama dan Feli mulai membeli banyak cetakan dan berkreasi mengukir sayur-sayuran. Nori (rumput laut) juga digunakan untuk membuat garis dan ”mewarnai”. ”Semua hiasan dan bentuk terbuat dari makanan,” jelas Feli. Bahkan, saat tidak mendapatkan warna dari makanan, mereka menggunakan putih telur dan pewarna makanan. Tetap aman dikonsumsi. Feli dan sang mama tidak menentukan bentuk yang tersedia seperti apa. Pembelilah yang request tampilan tumpeng seperti apa. Menurut Feli, itulah tantangannya.

”Jadi, kami bisa membuat bentuk Doraemon, Pikachu, panda, wajah orang, ikan, semuanya karena ditantang customer,” ungkapnya, lantas terkekeh. Karena itu, dia tak bisa menerima pesanan tumpeng karakter secara mendadak. Sebab, kadang bila bentuk pesanan terlalu ”ajaib”, mereka butuh waktu untuk melakukan percobaan. Ratarata pemesan akan penasaran dengan pesanannya.

”Saat tahu hasilnya, mereka happy banget. Luculucu soalnya. Langsung deh difoto. Secara nggak langsung, dibantu promo gratis, kan,” ungkap Feli. Dari situlah, bisnis itu makin berkembang. Untuk setiap pesanan, Feli pun tak lupa mendokumentasikan, lalu mengunggahnya ke Instagram. Dari situlah, Dapur Cik Ratna, yang sebelumnya melayani berbagai jenis masakan, sekarang malah lebih terkenal sebagai spesialis tumpeng karakter.(puz/c11/dos)