25 radar bogor

Negara Tanggung Biaya Korban

JAKARTA–Presiden Joko Widodo mengecam aksi brutal di Terminal Kam pung Melayu. Dia sudah mend apatkan laporan dari ba wahannya mengenai per kembangan pena nganan peristiwa tersebut.
’’Saya sudah perintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku sampai ke akar-akarnya,’’ ujar Jokowi di kediaman pribadinya di Surakarta kemarin.

Malamnya, dia kembali ke Jakarta untuk membesuk para korban di RS Polri. Jokowi tidak sendiri. Kali ini, dia datang bersama Wapres Jusuf Kalla yang juga baru mendarat dari Makassar. Hal tersebut sebenarnya tidak lazim dalam protokoler kepresidenan, yang melarang presiden dan wapres berada dalam satu forum di luar istana.

Presiden dan wapres tiba sekitar pukul 21.00. Presiden mengenakan hem putih, sementara JK mengenakan batik. Keduanya membesuk para korban di kamar perawatan masing-masing. Presiden dan wapres juga mendapatkan penjelasan mengenai kondisi korban dari tim dokter RS Polri.

Jokowi menyebut korban kebrutalan pelaku berasal dari beragam profesi. Mulai mahasiswi, sopir kopaja, pegawai, hingga polisi. ’’Saya berharap yang berada di sini, dalam satu, dua, tiga, atau empat hari sudah bisa sembuh,’’ tuturnya.

Presiden juga menyampaikan ungkapan dukacita kepada para korban yang meninggal dan keluarganya. ’’Terutama pada aparat kepolisian yang gugur dalam menjalankan tugas,’’ tutur mantan Wali Kota Solo itu.

Dia meminta seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan tetap menjaga persatuan. Tidak perlu sampai terpengaruh oleh kejadian pada malam itu. ’’Tapi, tetap kita semua harus waspada dan bersatu melawan terorisme ini,’’ ucap Jokowi. ’’Tidak ada tempat di tanah air kita ini bagi terorisme,’’ tambahnya.

Usai menjenguk korban, presiden dan wapres bergeser ke lokasi kejadian di Terminal Kampung Melayu. Cukup lama presiden berkeliling di lokasi, sekitar 20 menit. ’’Terorisme sudah menjadi masalah dunia,’’ ujarnya usai melihat lokasi. Karena itu, dia sudah memerintahkan Menkopolhukam untuk segera menyelesaikan RUU Antiterorisme. Dengan demikian, pemerintah dan DPR bisa segera membahasnya bersama-sama. Sehingga, pemerintah segera memiliki landasan yang pas untuk mencegah terjadinya tindak terorisme.

Terpisah, Kepala RS Polri Kramat Jati Brigjen dr Didi Agus Mintadi, SP.Jp, DFM menjelaskan, penyembuhan korban pada dasarnya hanya butuh beberapa hari. Meskipun demikian, ada dua pasien yang butuh waktu sekitar sepekan. Kemudian, ada satu pasien yang mengalami patah kaki, perlu waktu sekitar tiga pekan untuk penyembuhan. Di luar itu, ada dua orang yang masih mengalami trauma psikis akibat peristiwa tersebut.

Secara umum, gangguan yang dialami hampir seluruh korban adalah gangguan telinga. Ada 5–6 orang yang mengalami gangguan, namun hal itu bisa diatasi dengan rawat jalan, tidak perlu rawat inap. Penanganannya juga akan berbeda. Untuk saat ini, beberapa korban yang telinganya berdarah sudah ditangani agar darah berhenti mengalir.

Rencananya, hari ini akan diobservasi lagi untuk memastikan apakah gendang telinganya pecah atau tidak. ’’Kalau pecah, bila dia usianya masih muda akan menyambung sendiri. Butuh waktu sekitar tiga bulan,’’ terang mantan Kabiddokkes Polda Jatim itu.

Sedangkan, yang gendang telinganya masih utuh akan diberikan terapi dengan tekanan tinggi. Diperkirakan, dengan terapi tersebut dalam waktu 1–2 bulan telinganya bisa normal kembali. Untuk yang gendang telinganya pecah, terapi baru akan diberikan setelah menyambung kembali.

Sementara itu, untuk korban yang masih dirawat di RS Premier Jatinegara, pihaknya belum bisa memastikan kondisinya dan perlu waktu berapa lama perawatannya. Sebab, kemarin proses operasi baru saja dilakukan sehingga tidak bisa langsung dipindahkan ke RS Polri.

Kerugian serta biaya pemulihan korban insiden bom akan ditanggung negara melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Wakil Ketua LPSK Hasto Atmojo mengatakan, pihaknya akan membantu memfasilitasi kompensasi atau ganti rugi dari negara untuk para korban.(and/byu)